Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapka cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Berdasarkan temuan studi, cacar monyet secara global sebagian besar didorong oleh lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki.
Studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 21 Juli menemukan bahwa dari 528 infeksi yang dikonfirmasi didiagnosis antara 27 April dan 24 Juni tahun ini, 98 persen adalah laki-laki gay atau biseksual, dan 95 persen telah tertular penyakit melalui aktivitas seksual.
Karena semakin banyak diketahui bagaimana penyakit ini menyebar, para ahli penyakit menular telah memperingatkan agar tidak menstigmatisasi cacar monyet dengan komunitas gay. Hal itu itu hanya akan memperburuk penyebarannya, mengasingkan kelompok pasien ini dan membuat mereka tidak ingin mendapatkan bantuan medis. atau pengobatan. Demikian seperti dilansir dari Today.
Selain itu, penyebaran cacar monyet tidak hanya terbatas pada aktivitas seksual di kalangan homoseksual. Penyakit ini juga menyebar melalui kontak dekat, yang berarti bahwa ada kemungkinan virus menginfeksi orang yang berhubungan seks dengan lawan jenis dan melalui ciuman, misalnya.
Jumlah kasus cacar monyet di seluruh dunia telah membengkak melewati angka 18.000 pada 25 Juli, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat melaporkan.
Singapura telah melaporkan 10 kasus pada Selasa (26 Juli)
Oleh karena itu, para ahli medis di seluruh dunia menekankan perlunya meningkatkan kesadaran akan penyebarannya.
Studi penyakit terbesar yang dipimpin oleh para ilmuwan di Queen Mary University of London mengamati 528 pasien dari 16 negara. Semuanya laki-laki dan 41 persen memiliki human immunodeficiency virus (HIV).
Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian monkeypox sebelumnya. Misalnya, laporan dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris menemukan bahwa 97 persen dari 699 kasus cacar monyet yang diteliti adalah pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
Baca Juga: Bisa Mewabah di Dunia, IDI Peringatkan Dokter di Indonesia Waspada Bahaya Penyakit Cacar Monyet
WHO menyatakan darurat kesehatan global atas wabah cacar monyet
Dalam studi baru oleh Queen Mary University of London, penulis mencatat bahwa 95 persen pasien telah tertular penyakit melalui kontak seksual, menambahkan: “Kemungkinan kuat penularan seksual didukung oleh temuan genital primer, anal dan oral. lesi mukosa, yang mungkin mewakili tempat inokulasi.”
Situs inokulasi adalah lokasi di mana sesuatu, seperti bakteri atau virus, memasuki manusia.
Hal ini lebih lanjut didukung oleh WHO yang menyebutkan bahwa monkeypox menyebar melalui kontak dekat, seperti tatap muka, skin-to-skin, mouth-to-mouth, dan mouth-to-skin contact.
Cacar monyet dapat menyebabkan gejala seperti demam, ruam, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot dan kelelahan umum.
Dalam infografis yang dikeluarkan pada 18 Juli, organisasi kesehatan internasional menyatakan: “Virus ini juga dapat menyebar dari lingkungan yang terkontaminasi ke manusia, seperti ketika seseorang dengan cacar monyet menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan.
“Bisul, lesi atau luka di mulut juga bisa menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, tetesan pernapasan dan mungkin melalui aerosol jarak pendek.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru