Suara.com - Kematian cacar monyet kedua di Eropa telah dikonfirmasi kemarin. Pasien lain telah meninggal karena virus yang sangat menular di Spanyol setelah kematian cacar monyet pertama di Eropa kemarin malam.
Dilansir dari The Sun, Spanyol dikabarkan sangat terpukul oleh penyakit ini, dan telah mencatat 4.298 kasus sejauh ini. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diketahui tentang orang-orang yang telah meninggal.
Tetapi sebagian besar dari mereka yang didiagnosis dengan penyakit di negara itu adalah laki-laki. Hanya 64 pasien perempuan yang telah dirawat. Kasus paling awal, tercatat pada bulan Mei, terkait dengan sauna gay di Madrid dan festival Pride di Gran Canaria.
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global, setelah virus menyebar ke lebih dari 75 negara.
Itu berarti sekarang memandang wabah saat ini sebagai ancaman yang cukup signifikan sehingga diperlukan tanggapan internasional yang terkoordinasi.
Direktur Jenderal WHO mengatakan risiko secara global "sedang" tetapi komite kesehatan telah memutuskan untuk menyatakan keadaan darurat.
Pada saat pengumuman mereka, lebih dari 16.000 orang telah terinfeksi cacar monyet dan lima orang telah meninggal. Sekarang, lebih dari 19.000 kasus telah dikonfirmasi dengan 1.778 infeksi di London saja pada kemarin.
Di seluruh Inggris, kasus telah meningkat hingga 2.469 infeksi yang dikonfirmasi pada 28 Juli. Petugas medis juga mencatat 77 infeksi "sangat mungkin", sehingga totalnya menjadi 2.546.
Secara tradisional, gejala cacar monyet termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala dan nyeri otot. Beberapa korban juga menderita ruam yang dimulai di wajah atau mulut mereka dan kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh mereka - terutama tangan dan kaki.
Baca Juga: Pengungkapan Kematian Brigadir J Cerminan Polri Menjaga Institusi Dari Hujatan Publik
Tapi, dalam beberapa kasus belakangan ini, pasien lebih dulu mengalami ruam di mulut atau di sekitar alat kelamin atau anus. Dan bukannya ruam yang meluas, beberapa pasien melihat lesi yang tersebar atau terlokalisasi di area selain wajah, tangan, atau kaki.
Mayoritas kasus, sekitar 98 persen, terjadi di antara pria gay dan biseksual yang berhubungan seks dengan pria, kata WHO. Namun, petugas medis baru-baru ini melahirkan bayi dari seorang ibu yang menderita virus tersebut. Tidak ada komplikasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar