Suara.com - Kebanyakan orang beralih menggunakan vape untuk membantu menghentikan kebiasaan merokok tembakau. Tapi, tak banyak yang tahu bahwa penggunaan vape bisa mempengaruhi kesehatan seksual.
Peneliti Amerika telah memperingatkan bahwa pria yang menggunakan vape 2 kali lebih mungkin menderita disfungsi ereksi.
Studi ini mensurvei lebih dari 13.500 pria berusia di atas 20 tahun dan menemukan bahwa mereka yang menggunakan vape 2,4 kali lebih mungkin mengalami impoten atau disfungsi ereksi.
Saat ini dilansir dari Daily Star, hubungan langsung antara vape dan disfungsi ereksi belum terbukti.
Tapi, para ahli percaya bahwa kadar nikotin yang tinggi dalam cairan vaping mengurangi aliran darah ke penis dengan menghambat kemampuan pembuluh darah untuk melebar.
Mereka menambahkan bahwa cairan tanpa nikotin mengandung bahan kimia yang dapat mengurangi jumlah testosteron dalam tubuh.
Para peneliti dari Grossman School of Medicine New York dan Universitas Johns Hopkins telah memperingatkan pria tentang dampak potensial vaping terhadap kehidupan seks mereka.
Hampir separuh pria di Inggris (48 persen), mengalami kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Sebagian besar kasus ini mempengaruhi pria usia 50 tahun ke atas.
Bahan kimia dalam rokok tembakau inilah yang mungkin menyebabkan disfungsi ereksi, karena bisa merusak pembuluh darah yang terhubung ke penis.
Baca Juga: Hal yang Harus Dilakukan Ketika Keracunan Makanan
Namun, vape elah terbukti jauh lebih tidak berbahaya daripada merokok tembakau. Para ilmuwan telah mengeksplorasi kemungkinan hubungan antara rokok elektrik dan masalah kesehatan seksual.
Penulis utama studi tersebut, Dr Omar El Shahawyl, mengatakan temuan itu menunjukkan vapers lebih mungkin mengalami impotensi daripada non-vapers.
"Analisis kami juga mempertimbangkan kebiasaan merokok tembakau para peserta. Jadi, memakai vape setiap hari bisa memicu disfungsi ereksi lebih tinggi," jelasnya.
Dr Shahawyl menjelaskan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi potensi konsekuensi vaping pada kesehatan seksual pria.
“Temuan kami menggarisbawahi perlunya melakukan studi lebih lanjut untuk mengontekstualisasikan pola penggunaan rokok elektrik yang relatif lebih aman daripada merokok,"
Penelitian ini didasarkan pada survei, dengan 13.711 peserta asli kemudian dipersempit menjadi 11.207 tanpa diagnosis penyakit kardiovaskular sebelumnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030