Suara.com - Studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Brain, Behavior & Immunity - Health, menemukan sekitar 70 persen dari 200 pasien Covid-19 masih mengalami gejalanya sekitar 125 hari sejak dinyatakan positif Covid-19.
Semua pasien terdaftar dalam Studi Kohort Prospektif Neurologis dan Molekuler Covid-19 perguruan tinggi di Georgia yang dikembangkan pada awal 2020 untuk mempelajari tingkat keparahan dan umur panjang masalah neurologis pada pasien Covid-19.
Mayoritas pendaftar pada penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki hanya 35,5 persen. Sementara, usia rata-rata mereka adalah 44,6 tahun dan 40 persen berkulit hitam.
Penelitian ini mempertimbangkan faktor demografis, gejala virus corona itu sendiri, komorbiditas dan ukuran kuantitatif dari depresi, kecemasan, bau, rasa, dan kognisi dianalisis.
Para peneliti menemukan kelelahan adalah gejala yang paling banyak dilaporkan peserta sejak terinfeksi virus corona Covid-19 dan terus bertahan, yang mana mempengaruhi 68,5 persen peserta.
Kelelahan adalah perasaan lelah atau lemah yang terus-menerus dan bisa berupa fisik, mental, atau kombinasi keduanya. Gejala ini biasanya diikuti dengan sakit kepala, yang dilaporkan pada 66,5 persen peserta.
Sedikit lebih dari 54 persen melaporkan perubahan bau dan rasa. Sedangkan dilansir dari Express, 47 persen memenuhi kriteria untuk gangguan kognitif ringan.
Sebanyak 30 persen lainnya menderita gangguan kosa kata dan 32 persen memori kerja lebih buruk.
Sekitar 20 persen pasien mengaku mengalami kebingungan yang berkepanjangan. Para peneliti juga menemukan gejala dan komorbiditas yang dilaporkan sendiri terkait dengan depresi dan kecemasan.
Baca Juga: 5 Posisi Seks Untuk Pasangan Dengan Tubuh Lebih Tinggi Dibanding Lelaki, Wajib Coba!
Para peneliti mencatat dalam penelitian tersebut bahwa pasien paling sering dilaporkan mengalami hipertensi pada saat mereka terinfeksi virus corona.
“Ada banyak gejala yang tidak kita ketahui sejak awal pandemi, tetapi sekarang jelas ada sindrom Long Covid-19 dan banyak orang yang terpengaruh,” kata Dokter Elizabeth Rutkowski, ahli saraf MCG dan penulis studi.
Hasil penelitian ini pun mendukung bukti yang berkembang bahwa ada gejala neuropsikiatri kronis setelah infeksi Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
Terkini
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer