Suara.com - Tahukah Anda bahwa ada istilah megalomania untuk menggambarkan salah satu gangguan kejiwaan yang dialami seseorang? Istilah ini belakangan muncul di media sosial dan ramai diperbincangkan. Orang dengan megalomania meyakini bahwa dirinya memiliki kebesaran, kekuasaan, atau keagungan.
Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak beberapa fakta megalomania berikut ini.
1. Merupakan Gangguan Kejiwaan yang Terkait dengan Kekuasaan
Megalomania adalah gangguan yang menyebabkan seseorang memprioritaskan dirinya sendiri dan tidak keberatan untuk mengeliminasi orang lain agar mendapatkan dominasi. Motivasi utamanya adalah mempromosikan diri sebagai pelindung komunitas dan mengarah pada eksploitasi pada komunitas tersebut, sebagai orang paling berwenang di dalamnya.
2. Sulit Berpikir Kritis
Seorang dengan megalomania cenderung memiliki perasaan egosentris yang besar, dan superior. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan melakukan ‘serangan’ pada pihak yang dianggap lawan, sehingga memberikan ketenangan dan dominasi tunggal.
Karena motivasinya demikian, maka kemampuan berpikir kritis menurun, dan orang tersebut cenderung tidak mampu menerima kenyataan dengan baik.
3. Bisa Masuk ke Tahap Tidak Masuk Akal
Pernahkah Anda mendengar kasus dimana seseorang mengaku sebagai nabi atau juru selamat? Nah, hal tersebut juga menjadi salah satu tanda seseorang mengalami megalomania. Egosentris yang terlalu besar membuatnya mencapai tahap ini sehingga klaim tidak masuk akal dibuat.
Pada kondisi lebih ekstrim, penderitanya bahkan menantang secara terbuka pada pemimpin yang sah, dan menyerangnya di ruang publik.
4. Bagian dari Narsisme
Dapat dikatakan megalomania adalah bagian dari narsisme yang mencapai tahap ekstrim. Kecenderungan melihat diri sendiri lebih baik daripada yang lain, dan lebih superior, membuatnya erat sekali dengan citra narsisme.
5. Membelokkan Kenyataan
Demi memenuhi egonya dan mempertahankan ide yang dimilikinya, penderita megalomania memiliki kecenderungan untuk membelokkan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka tidak mau melihat kesalahannya sendiri, namun justru melihatnya sebagai kesalahan yang dibuat pihak lawan.
Ide yang dibawa akan terus dipertahankan dan digunakan untuk menjadi dasar mengubah kenyataan yang ada, sehingga membuat pengikutnya merasakan hal yang sama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia