Suara.com - Sebuah studi baru menemukan bahwa pakaian bisa menjadi objek pemicu kanker. Tapi, bukan berarti pakaian yang Anda kenakan, baik itu kemeja, jeans atau lainnya menjadi penyebab kanker.
Penelitian ini tidak membahas soal jenis kain pakaian Anda. Tetapi, mereka menganalisis dampak bahan kimia untuk membuat pakaian dengan risiko kanker.
Sebenarnya, salah satu penyebab utama kanker adalah merkokok. Tapi, orang yang tidak merokok atau menjadi perokok pasif juga berisiko terkena kanker.
Seseorang bisa menjadi perokok pasif ketika menghirup asap rokok dari orang yang merokok. Selain itu, menghirup partikel dari asap rokok yang terperangkap dalam pakaian, furnitur, karpet hingga rambut.
Sehingga, orang yang berada di dekat atau mengenakan barang-barang itu bisa menghirup partikel asap rokok.
Dampak menghirup partikel asap rokok inilah yang sedang dipelajari oleh para peneliti dari California's Berkeley Lab. Mereka menemukan orang yang sering menghirup partikel asap rokok pada barang-barang itu memiliki tingkat senyawa beracun 86 kali lebih tinggi dalam sistem tubuh mereka.
Hasil ini diperoleh setelah meminta tiga non-perokok untuk memakai pakaian perokok berat selama tiga jam. Setelah itu, penelitia menguji urine mereka untuk mengetahui adanya karsinogen di dalamnya.
Penelitian itu juga bukan satu-satunya yang menunjukkan bahwa asap rokok bisa meningkatkan risiko kanker. Studi lain menemukan karsinogen yang sama, ketika terkena jaringan paru-paru yang menyebabkan kerusakan DNA. Sedangkan, kerusakan DNA itulah yang menjadi pemicu utama kanker.
Anda harus tahu bahwa asap rokok terdiri dari partikel nikotin dan bahan kimia lain yang mengendap dari rokok dan menjadi bahan lain. Selain nikotin, bahan kimia ini termasuk cotinine dan NNK.
Baca Juga: Apa Itu Flu Tomat? Efek Virus Menular Terhadap Anak Dibawah 5 Tahun
Cotinine adalah produk sampingan dari nikotin yang berkembang ketika dimetabolisme di dalam tubuh. Sementara, NNK adalah produk sampingan lain dari tembakau, yang mendorong perkembangan kanker.
Keduanya diduga bergabung dengan polutan lain di udara untuk membentuk karsinogen.
"Nikotin dilepaskan dalam jumlah besar selama merokok dan melapisi semua permukaan dalam ruangan, termasuk kulit manusia," kata Doctor Xiaochen Tang dikutip dari Express.
Sementara itu, petugas medis di University of California Neal Benowitz menambahkan temuan ini menggambarkan potensi dampak kesehatan dari asap rokok, yang tidak hanya mengandung TSNA tetapi juga ratusan bahan kimia lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya