Suara.com - Cuaca ekstrem bisa terjadi ketika musim panas dan musim dingin, yang bisa berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk kesehatan kita.
Tim ilmuwan dari Universitas Oslo mengatakan cuaca ekstrem bisa berdampak buruk pada kesehatan jantung dalam jangka panjang.
Para ilmuwan menganalisis data dari 5 studi yang mencakup lebih dari 2 juta orang di Italia, Jerman, Norwegia, Inggris, dan Swedia. Studi-studi ini mencakup periode 16 tahun dari 1994 hingga 2010.
Selain itu, usia rata-rata peserta berkisar antara 49,7 hingga 71,7 tahun. Sementara, wanita yang rata-rata terdiri dari 36 hingga 54,5 persen dari kelompok penelitian.
Selama periode 16 tahun, analisis menemukan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular secara keseluruhan dan kematian akibat penyakit jantung iskemik meningkat signifikan.
Kematian akibat kondisi tersebut paling tinggi ketika suhu turun. Di mana risiko kematian meningkat 19 persen ketika suhu turun 10 derajat Celcius, misalnya dari +5 derajat ke -5 derajat Celcius.
Selain itu, risiko kematian akibat penyakit jantung koroner meningkat 22 persen. Artinya, suhu dingin meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung.
"Hubungan antara suhu dingin dan kematian lebih jelas pada pria dan orang yang tinggal di lingkungan dengan status sosial ekonomi rendah," kata Profesor Stefan Agewall dikutip dari Express.
Hubungan antara penyakit jantung iskemik dan muim dingin cenderung lebih kuat di antara wanita dan orang yang lebih tua dari 65 tahun.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, 9 Masalah pada Kulit yang Jadi Penanda Adanya Gangguan Jantung
Selain penurunan suhu yang berdampak pada kesehatan. Peningkatan suhu dari 15 menjadi 24 derajat celcius pun meningkatkan risiko penyakit jantung 25 persen dan stroke 30 persen.
Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan semua bentuk penyakit jantung. SEmentara, stroke adalah peristiwa kardiovaskular di mana suplai darah ke otak tiba-tiba terputus akibat pembekuan darah.
"Dokter bisa menggunakan informasi ini untuk memberikan saran pada mereka yang berisiko menderita penyakit berisiko tersebut," katanya.
Pasien dengan kondisi jantung harus tetap terhidrasi saat cuaca panas dan rutin minum obat.
Singkatnya, penelitian ini menunjukkan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan suatu bangsa. Tidak hanya dalam hal penyakit terkait suhu panas atau dingin, seperti heat stroke atau hipotermia, tetapi juga risiko penyakit yang terjadi sepanjang tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan