Suara.com - Stroke masih menjadi salah satu pembunuh terbesar di Indonesia. Berdasarkan pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin, penyakit stroke dapat membunuh sekitar 300 ribu orang setiap tahunnya.
Tingginya angka kematian ini sebab proses penyembuhan yang terbatas di Indonesia. Pasalnya, tidak semua rumah sakit di daerah memiliki fasilitas serta kemampuan untuk melakukan proses pengobatan penyakit ini.
Padahal, dengan stroke sendiri bisa ditangani dengan berbagai metode penyembuhan untuk mengurangi gejalanya, mulai dari trombektomi, coiling, dan lain-lain.
Melihat permasalahan tersebut, Budi meminta sebelum akhir jabatannya di 2024 nanti, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk menekankan transformasi di berbagai berbagai kabupaten dan kota.
“Di sisa waktu saya ini saya ingin sekali menyelesaikan transformasi pilar kedua, yaitu transformasi sistem layanan rujukan bahwa seluruh rumah sakit di kabupaten kota provinsi, bisa melayani standar tertentu yang paling banyak bebannya ke masyarakat, baik dari sisi kualitas hidup, maupun sisi keuangan,” ucap Budi dalam konferensi pers secara daring, Senin (26/12/2022).
Budi menjelaskan, nantinya rumah sakit di kabupaten dan kota harus sudah bisa memiliki standar untuk melakukan bedah otak terbuka. Bahkan, ia meminta di 2024 nanti setidaknya sekitar 514 kabupaten dan kota bisa melakukan intervensi non-bedah, seperti coiling atau trombektomi.
“Saya benar-benar minta RSPON mengaktifkan fungsi pengapuannya, saya minta ini seluruh provinsi bisa bedah otak terbuka, jadi kalau Rs Ngoerah baru bisa trombektomi atau coiling saya ucapkan selamat, cuma belum selesai. By 2024 harus bisa melakukan bedah otak terbuka. RSPON juga harus memastikan 514 kabupaten dan kota harus bisa melakukan intervensi non-bedah, coiling atau trombektomi,” sambung Budi.
Tidak hanya itu, setiap bulannya Budi meminta adanya laporan dari rumah sakit di kabupaten dan kota mengenai perkembangan trombektomi dan coiling.
“Setiap bulannya saya juga mau ada laporan rumah sakit di kabupaten dan kota mana yang sudah bisa melakukan trombektomi dan coiling,” jelasnya.
Baca Juga: Pertama Kalinya RSUD NTB Berhasil Lakukan Operasi Jantung Terbuka, Menkes Budi Sampai Bangga!
Dengan diharapkannya kemampuan rumah sakit untuk melakukan bedah otak terbuka, ini akan membantu masyarakat dalam penyembuhan. Nantinya, masyarakat tidak perlu pergi ke rumah sakit rujukan jauh.
Selain itu, BPJS juga dapat digunakan untuk menutup biaya pembayaran yang ada. Dengan demikian, kualitas hidup serta keunggulan masyarakat jadi lebih terjamin dan baik.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental