Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menargetkan angka stunting di Indonesia turun dari 24 menjadi 14 persen hingga 2024 mendatang. Salah satu cara mencapainya adalah dengan melakukan imunisasi PCV dan Rotavirus secara nasional. Apa hubungan imunisasi penyakit infeksi dengan stunting?
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, angka stunting di Indonesia saat ini sudah berada pada angka 21,6 persen. Nantinya, stunting sendiri juga akan dilakukan pengecekan setiap tahunnya. Sebelumnya, pengecekan stunting biasa dilakukan 3 tahun sekali.
Penambahan pemberian dua vaksin tersebut dinilai mampu mengurangi angka stunting. Apalagi, stunting yang juga bisa didorong karena adanya infeksi yang menyebabkan anak alami gangguan pernapasan pneumonia ataupun diare.
“Stunting kan karena masuknya gizi kurang atau keluarnya kebanyaknya. Nah keluarnya ini biasanya karena infeksi. Itu bisa karena gangguan pernapasan ataupun diare. Itu sebabnya pemerintah melakukan intervensi dengan melakukan vaksinasi tambahan ke balita ya ke imunisasi PCV dan Rotavirus,” ucap Budi dalam Talk Show Protein Hewani Cegah Stunting: Isi Piringku, Alihkan Belanja Rokokmu! Kamis (9/2/2023).
Budi menjelaskan, dengan memberikan vaksin PCV untuk pneumonia dan Rotavirus untuk diare, itu akan membantu mencegah infeksi. Dengan begitu, gizi yang dikonsumsi anak bisa terserap dengan baik.
“Oleh karena itu, mulai tahun ini vaksin imunisasi PCV untuk pneumonia dan vaksin Rotavirus untuk diare kita berikan. Mohon bantuan sosialisasi bahwa sekarang balita akan tambah lagi imunisasi PCV dan Rotavirus, sehingga gizi yang keluar untuk menangani infeksi ini tidak ada, jadi gizinya dipakai penuh untuk pertumbuhan,” jelas Budi.
Pemberian kedua imunisasi ini juga akan diterapkan secara nasional. Budi berpesan, para orang tua harus bisa sigap dalam mencegah stunting pada anak. Jika anak tidak mengalami kenaikan serta berat badannya di bawah rata-rata, para orang tua harus segera melakukan pemeriksaan.
Jika anak tersebut berpotensi alami stunting, itu bisa menjadi pencegahan dengan pemberian pangan khusus. Hal ini karena jika anak sudah alami stunting, itu akan sulit dikembalikan dan memengaruhi kemampuan otaknya.
“Para orang tua harus sigap. Begitu ditimbang tidak naik itu bisa langsung diintervensi. Kalau underweight harus dikasih pangan khusus. Jangan tunggu stunting, karena susah kembalinya. Akan butuh effort yang tinggi,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental