Suara.com - Sarapan atau makan pagi jadi sumber utama bagi tubuh mendapatkan energi untuk memulai aktivitas. Tetapi, sarapan nampaknya belum jadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Hal itu bahkan terjadi sejak muda.
Data dari Survei Diet Total (SDT) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menunjukkan dari 25.000 anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi, terdapat 47,7 persen anak belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan.
Bahkan, 66,8 persen anak sarapan dengan kualitas gizi rendah atau belum terpenuhi kebutuhan gizi terutama asupan vitamin dan mineral.
Kondisi tubuh tidak nyaman, seperti mengantuk atau bahkan sakit perut, setelah sarapan juga jadi alasan enggan makan pagi. Dokter Spesialis Gizi Klinik Dr. Juwalita Surapsari M.Gizi, Sp. GK., menjelaskan bahwa penyebab mengantuk maupun sakit perut pasca sarapan sebenarnya dipengaruhi karena salah pemilihan makanan.
"Sarapan bikin ngantuk itu biasanya kalau kita makan mayoritas karbohidrat, gak ada serat, protein, lemak. Akhirnya karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh akan dilepaskan jadi gula. Gula itu kalau gak ada serat, protein, lemak, naiknya akan cepat banget dalam waktu setengah jam. Waktu gula lagi tingginya itu kita akan swiming mood, ngantuk," jelas dokter Juwalita saat konferensi pers bersama Puck Keju Oles dari Arla Food Indonesia di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Dibenarkan oleh dokter Juwalita kalau kebanyakan menu sarapan khas masyarakat Indonesia rata-rata terlalu banyak karbohidrat. Sebut saja, nasi uduk yang dilengkapi dengan lauk bihun, kerupuk, juga gorengam yang tinggi karbohidrat. Atau roti yang hanya dioles dengan selai.
"Lihat lagi komposisi makanannya. Jangan-jangan yang dimakan nasi uduk, bihun, bakwan. Triple karbo. Akhirnya biar gak ngantuk minum kopi sachet, gula lagi. Kalau terlalu banyak gula bisa ngantuk," imbuhnya.
Sementara itu, penyebab perut sakit pasca sarapan juga bisa dipicu pemilihan menu makanan yang salah. Dokter Juwalita mengatakan, menu sarapan berupa gorengan salah satu pemicu perut jadi sakit.
"Karena itu lemak. Lemak itu di dalam lambung akan lebih lama keluar. Sehingga keluhannya biasanya begah, perutnya sakit," paparnya.
Baca Juga: Tidak Sarapan Bikin Anak Lemot di Sekolah: Ini Penjelasan Dokter Gizi
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar orang dewasa sebaiknya lebih banyak komposisi makanan berupa protein saat sarapan. Sementara anak-anak, dianjurkan lebih banyak karbohidrat karena aktivitas juga gerak tubuhnya yang bisa lebih sering.
Sementara untuk waktu sarapan paling tepat, dokter Juwalita menyarankan untuk sarapan paling lama dua jam sejak bangun tidur.
"Sebetulnya sampai 2 jam setelah bangun itu periode tepat untuk sarapan. Malah justru jangan ditunda," sarannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah