Suara.com - Setiap orang tua tentu ingin memberikan sumber makanan terbaik kepada anaknya sejak hari pertama MPASI. Kebiasaan memilih makanan hanya yang baik atau disebut juga good eating seharusnya tidak hanya dilakukan selama anak masih bayi.
"Kita menerapkan di MPASI, dia makan dengan jam makan teratur, jadwal selingan, jangan berikan minuman berkalori. Itu sudah salah satu good eating habbit," kata Dokter Spesialis Gizi Klinik Dr. Juwalita Surapsari M.Gizi, Sp. GK., dalam konferensi pers bersama Puck Keju Oles dari Arla Food Indonesia di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Setelah anak tidak lagi konsumsi ASI atau di atas usia 2 tahun, dokter Juwalita memganjurkan good eating itu harusnya dilanjutkan. Orang tua juga tidak perlu bingung dalam memilihkan makanan jenis baru untuk anak, sekalipun sedang fase memilih-milih makanan atau picky eater.
"Anak itu gak selamanya (picky eater). Namanya pembiasaan terusin aja," sarannya.
Bila sudah terlanjur anak sering konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak, orang tua bisa jadi contoh kembali dengan memulainya sejak sarapan.
"Dalam menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi saat sarapan, penting untuk membiasakan sarapan bernutrisi tapi tetap enak dan menggugah selera makan anak. Dengan begitu, saat tumbuh besar, anak-anak akan terbiasa untuk makan makanan yang sehat," ujarnya.
Dokter Juwalita mengingatkan untuk melengkapi sumber nutrisi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral setiap kali sarapan.
Psikolog Intan Erlita juga menambahkan, peran orang tua untuk memberikan contoh sangat berpengaruh agar anak bisa mengikuti kebiasaan makan baik dengan mudah.
“Good eating habit, dimulai dari orang tua. Jadi jika orang tua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, maka mereka harus mencontohkan dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian mereka," kata Intan.
Baca Juga: Viral Bayi Nyangkut di Dalam Loyang, Prihatin Tapi Bikin Warganet Ketawa Ngakak!
Ia menambahkan bahwa kegiatan sarapan harus dibuat menyenangkan dan santai. Orang tua harus memperhatikan makanan seperti apa yang disukai oleh anak. Bisa juga dengan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya.
Sehingga tercipta semacam placebo effect, di mana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan atau makan dengan menu favoritnya tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!