Suara.com - Pandemi Covid-19 membuka mata terhadap pentingnya pencegahan penyakit menular, demi mencegah terjadinya pandemi lain di masa depan. Salah satu bentuk pencegahan penyakit menular adalah dengan meningkatkan cakupan vaksinasi di dunia.
Patrick Bergstedt, Senior Vice President of Commercial Vaccines di Moderna, menyebut Kawasan Asia-Pasifik menghadapi beban penyakit menular yang paling tinggi akibat kepadatan penduduknya dan kedekatannya dengan habitat alam. Secara bersamaan, beban penyakit tidak menular semakin meningkat seiring penuaan penduduk. Dalam hal ini, Moderna melalui teknologi mRNA-nya terus mengidentifikasi cara untuk berdampak pada kesetaraan dan ketahanan kesehatan di Asia dengan kecepatan dan ketangkasan.
"Sebagai pemimpin dalam teknologi mRNA, kami bertujuan untuk membangun kepercayaan dan pemahaman tentang teknologi mRNA dan bekerja sama dengan komunitas medis dan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi dan peran teknologi mRNA di berbagai bidang terapeutik," tuturnya dalam sesi wawancara khusus bersama Suara.com, baru-baru ini.
Bergstedt menegaskan selama pandemi, telah terjadi penurunan terbesar dalam tingkat vaksinasi anak secara global dalam 30 tahun terakhir. Secara umum, ia juga menyoroti terjadinya pengikisan kepercayaan terhadap manfaat vaksin. Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat dan membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan.
Terkait hal tersebut, Moderna sudah melakukan beberapa langkah di antaranya dengan melakukan uji klinis dengan peserta yang beragam untuk memastikan keamanan dan kemanjuran vaksin di berbagai populasi. Moderna juga berbagi data dan informasi dengan para profesional kesehatan, pembuat kebijakan, dan masyarakat untuk memastikan transparansi dan edukasi mengenai keamanan dan kemanjuran vaksin.
Bergstedt juga menyebut pihaknya mengembangkan materi edukasi untuk penyedia layanan kesehatan dan masyarakat untuk mempromosikan edukasi dan akses vaksin (Moderna Atlas). Moderna juga membangun pabrik baru untuk memenuhi permintaan global dan bekerja sama dengan pemerintah untuk memperluas akses vaksin ke masyarakat yang kurang terlayani.
"Kami juga bekerja sama dengan beberapa organisasi, seperti European Vaccines Initiative, untuk menyoroti pentingnya vaksinasi, peran vaksinasi dalam memberantas penyakit seperti polio dan cacar, serta munculnya teknologi mRNA. Di kawasan Asia Pasifik, kami telah melakukan survei di beberapa negara dengan berbagai institusi untuk lebih memahami apa yang mendorong keraguan COVID-19 dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi pada kelompok berisiko tinggi," tuturnya lagi.
Berbicara soal kesetaraan akses vaksin, Bergstedt mengaku berkomitmen untuk menutup kesenjangan dalam akses vaksin yang terlihat jelas selama pandemi. Salah satu bentuk komitmen Moderna adalah tidak akan pernah menegakkan hak kekayaan intelektual COVID-19 di negara-negara AMC-92 yang memenuhi syarat Gavi, atau terhadap produsen yang memproduksi vaksin COVID-19 untuk didistribusikan di pasar-pasar tersebut.
Strategi Kesehatan Global Moderna yang diumumkan pada bulan Maret 2022, difokuskan pada pengembangan vaksin mRNA untuk melawan 15 patogen prioritas tertinggi yang telah diidentifikasi oleh WHO dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), seperti tuberkulosis, malaria, dan HIV, yang merupakan ancaman signifikan bagi negara berkembang. Hal ini termasuk kesiapsiagaan terhadap Penyakit X, yang dapat menjadi patogen berikutnya yang menyebabkan pandemi.
Baca Juga: Cek Fakta: CEO Moderna Akui Bikin Vaksin Covid-19 Sebelum Pandemi Terjadi
"Kami sedang mengupayakan solusi teknologi untuk menutup kesenjangan akses, dengan mengembangkan versi generasi berikutnya dari vaksin COVID-19 kami, mRNA-1283, yang akan stabil dalam lemari es sehingga negara-negara di negara berkembang tidak perlu mempertahankan persyaratan penyimpanan rantai dingin yang ketat seperti yang diperlukan untuk vaksin mRNA saat ini," tambahnya.
Bergstedt menjelaskan alasan vaksin mRNA diutamakan adalah Moderna dibangun dengan dasar pemikiran bahwa jika menggunakan mRNA sebagai obat berhasil untuk satu penyakit, maka mRNA juga bisa digunakan untuk banyak penyakit.
"Dari perspektif kesehatan masyarakat, kami memperluas pekerjaan kami untuk membawa kekuatan penuh platform vaksin mRNA kami untuk memerangi penyakit menular yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat, termasuk TBC dan demam berdarah. Pada bulan Maret 2022, kami mengumumkan strategi kesehatan masyarakat global untuk memprioritaskan upaya pengembangan dan pada tahun 2025, kami akan memajukan portofolio vaksin mRNA ke dalam studi klinis untuk melawan 15 patogen prioritas yang diidentifikasi sebagai ancaman kesehatan global yang terus-menerus, termasuk HIV, tuberkulosis (TBC), dan malaria," tutupnya.
Berita Terkait
-
Aktif Secara Seksual Sejak SMP, Remaja 17 Tahun Hamil dan Kena Sifilis: Gimana Pengobatannya?
-
Cegah Lumpuh dan Otak Rusak, 4 Vaksin Booster Ini Perlu Diberikan untuk Anak Sebelum Masuk Sekolah
-
China Mulai Pasarkan Vaksin Berbasis mRNA
-
Resmikan Pabrik Vaksin Covid Berbasis mRNA, Jokowi: Ini yang Pertama di Asia Tenggara
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat