Suara.com - Kanker paru-paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak di Indonesia. Penyakit satu ini tidak bisa dianggap remeh, pasalnya banyak kasus kematian akibat kanker paru-paru. Apalagi, kanker paru-paru terkadang tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Sementara itu, beberapa pasien mengetahui kondisinya saat stadium kanker sudah tinggi. Hal ini sebabkan pengobatan sulit dilakukan hingga membuat pasien meninggal dunia.
Bukan hanya itu, di Indonesia sendiri kanker paru-paru terjadi pada usia lebih muda dibandingkan rata-rata dunia. Berdasarkan keterangan Dokter Spesialis Paru, dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P(K), usia penderita kanker paru-paru di Indonesia bahkan 10 tahun jauh lebih muda.
“Di Indonesia sendiri penderita kanker paru-paru 10 tahun lebih muda dibandingkan rata-rata di luar negeri,” ucap dr. Sita media briefing secara daring bersama PB IDI, Senin (4/12/2023).
Kondisi kanker paru-paru ini terjadi usia para perokok di Indonesia jauh lebih muda. Akibatnya, risiko kanker paru-paru pada generasi muda lebih besar dibandingkan di luar negeri.
“Penyebabnya itu yang pertama karena usia merokok di Indonesia jauh lebih muda dibandingkan negara lain,” jelas dr.Sita.
Bukan hanya itu, ia menambahkan, angka perokok yang tinggi juga membuat anggota keluarga terpapar asap rokok. Banyaknya para perokok di rumah membuat anggota keluarga hingga anak berisiko terpapar asap rokok.Paparan yang terus menerus ini berisiko membuat anak mengalami kanker paru-paru di usia muda.
"Angka perokoknya sangat tinggi pada laki-laki sehingga seluruh keluarga terkena asap rokoknya karena ada paparan yang terus menerus pada anak. Ini bisa meningkatkan kanker paru dengan sangat muda," sambungnya.
Oleh sebab itu, bagi para perokok penting untuk bisa merokok tidak di depan anggota keluarga, terutama anak-anak.
Baca Juga: Profil Kiki Fatmala, Meninggal Dunia Usai Kena Kanker Paru-paru Stadium 4
Dr. Sita juga menuturkan, sebab gejala yang tidak terdeteksi ini, penting adanya skrining atau deteksi untuk mengetahui kondisi kesehatan. Skrining maupun deteksi dini ini akan membantu membuat seseorang mendapat penanganan segera.
“Gejala lebih banyak tidak bergejala. Karena paru tidak memiliki saraf perasa. Karena itu kita perlu melakukan skrining kanker paru sebelum ada gejala, terutama bagi orang yang risiko tinggi,” ucap dr. Sita.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar