Suara.com - Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi perhatian serius pemerintah di tengah peningkatan curah hujan. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat angka kematian karena DBD masih tinggi, yakni 574 kematian dari 83.302 kasus sepanjang 2023.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenkes RI telah meluncurkan Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) pada bulan Februari 2023 lalu, yang ke depannya akan menjadi alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans dengue dan arbovirus lainnya yang dapat menampilkan data real time. Apa sih itu?
SIARVI adalah sistem informasi yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan data penyakit arbovirus. Penyakit arbovirus adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit arbovirus yang dicatat dan dilaporkan dalam SIARVI adalah demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, dan Japanese encephalitis (JE).
SIARVI memiliki beberapa fitur, antara lain:
- Pencatatan dan pelaporan data DBD, chikungunya, dan JE
- Analisis data penyakit arbovirus
- Pemantauan situasi penyakit arbovirus
- Pemberian peringatan dini penyakit arbovirus
SIARVI memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Meningkatkan akurasi dan kecepatan pencatatan dan pelaporan data penyakit arbovirus
- Meningkatkan kualitas analisis data penyakit arbovirus
- Meningkatkan kemampuan pemantauan situasi penyakit arbovirus
- Meningkatkan efektivitas pemberian peringatan dini penyakit arbovirus
Dalam keterangannya, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes RI, mengatakan bahwa untuk dapat menekan angka kejadian dengue di Indonesia, diperlukan pelaksanaan strategi yang menyeluruh dan sistematis.
“Untuk itu, kami melihat penguatan sistem dan data menjadi kunci yang akan dapat mengantarkan kita kepada tujuan bersama ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030. Tapi tentunya hal ini tidak lepas dari perlunya sinergi yang kuat antara berbagai pihak, baik pemerintah, maupun sektor swasta,” ujar Maxi.
Selain memperkuat pengumpulan dan validasi data persebaran dengue di Indonesia, diperlukan juga intervensi inovasi guna menurunkan angka kejadian dengue.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengatakan bahwa sampai saat ini, belum ada obat yang spefisik untuk menyembuhkan dengue. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen untuk memerangi dengue dengan membuka akses yang luas terhadap inovasi pencegahan dengue.
Baca Juga: Komisi IX Ingatkan Pemerintah Agar Penyebaran Nyamuk Wolbachia Jangan Sampai Timbulkan Penyakit Baru
“Dalam hal ini, kami turut menggandeng Bio Farma sebagai mitra, untuk bersama-sama melindungi lebih banyak masyarakat dari bahaya dengue,” ujar Andreas.
Andreas melanjutkan, “Selain terkait akses, komitmen tersebut juga kami wujudkan melalui rangkaian kegiatan yang berkesinambungan bersama Kementerian Kesehatan RI dalam meningkatkan peran, serta kapasitas, baik tenaga kesehatan, komunitas, maupun masyarakat melalui kampanye kesehatan Ayo 3M Plus dan Vaksin DBD. Kami percaya bahwa penanggulangan dengue di Indonesia menjadi tanggung jawab kita semua.”
Melanjutkan pernyataan yang disampaikan oleh Andreas, Shadiq Akasya, Direktur Utama Bio Farma, menyampaikan bahwa salah satu program yang mendukung pencapaian ‘nol kematian akibat dengue 2030’ adalah Program Vaksinasi DBD yang diluncurkan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 12 November 2023 lalu.
“Kami sangat antusias menjalankan program yang bersejarah ini, di mana ini merupakan pertama kalinya program vaksinasi untuk DBD dilakukan di Indonesia, dan sebanyak lebih dari 19.000 dosis kami alokasikan untuk Kalimantan Timur. Kami melihat ini adalah sebuah momentum bagi Indonesia untuk menurunkan angka kasus DBD dan mendekati tujuan ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” ujar Shadiq.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke