Suara.com - Suka cita mudik lebaran Idul Fitri 2024 juga perlu diiringi dengan kewaspadaan terhadap penyakit menular. Terlebih bagi masyarakat yang hendak berpergian dengan transportasi umum. Salah satu penyakit yang tengah marak saat ini ialah hand, foot, mouth disease (HFMD) atau juga dikenal dengan sebutan flu Singapura.
Penyakit tersebut sangat mudah menular terutama terhadap anak di bawah usia 5 tahun. Dokter spesialis anak Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K)., mengatakan bahwa ada risiko terjadinya penularan flu Singapura selama musim mudik lebaran mengingat akan banyak orang berkumpul saat satu waktu bersamaan.
“Kalau soal berpotensi memperluas (penularan), bisa iya. Apalagi kalau kita menggunakan sarana transportasi umum,” kata prof Edi saat konferensi pers virtual Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).
Penularan HFMD hampir sama dengan Covid-19, yaitu adanya kontak dengan penderita atau droplet. Penularan bisa terjadi secara langsung misalnya karena batuk, bersin, terkena air liur secara oral dan dari kotoran atau feses.
Sementara penularan kontak tidak langsung juga bisa terjadi karena penggunaan handuk dari anak yang sebelumnya telah sakit Flu Singapura. Maupun karena menyentuh mainan atau peralatan dari anak yang terinfeksi. Itu sebabnya, HFMD dikatakan sangat mudah menular baik secara kontak langsung maupun tidak langsung terutama pada anak.
Prof. Edi menambahkan, orangtua terkadang tidak menyadari kalau anaknya sudah tertular virus HFMD. Sebab, penyakit tersenut memang tergoling ringan.
"Ini penyakitnya ringan, orangtua enggak sadar bahwa dia kena virus, akhirnya pulang naik bus, kumpul dengan orang banyak. Maka risiko untuk memperluas (penyebaran) bisa iya," ujarnya.
Karenanya perlu cermat dalam melihat gejala terjadinya HFMD. Prof. Edi menyampaikan gejala-gejala khas dari penyakit tersebut berupa munculnya lesi di telapak tangan, kaki, dan mulut. Kemudian anak mengalami demam, nyeri badan, sulit makan karena mengalami sariawan, pilek, hingga nyeri saat menelan.
Diagnosa Flu Singapura memang perlu dilakukan dengan pemeriksaan sampel melalui laboratorium dengan menggunakan sampel tinja, usap rektal, atau usap ulkus di mulut atau tenggorokan dengan metode PCR. Tetapi, bila anak sudah mengalami tamda gejala seperti itu, prof. Edi menyarankan agar sebaiknya diisolasi terlebih dahulu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas