Suara.com - Tidak banyak yang tahu ada fenomena fobia steroid dialami orang dewasa dan orangtua dengan anak yang penyakit kulit. Lantas, apa itu fobia steroid, dan kenapa bisa terjadi?
Dermatologis sekaligus Ahli Alergi Imunologi, Dr.Srie Prihianti Gondokaryono Sp.DVE, Subsp.DA,PhD menjelaskan lantaran paparan media sosial, banyak orang menganggap steroid sebagai zat yang buruk sehingga wajib hindari dalam terapi dan pengobatan penyakit kulit.
Padahal menurut Dr. Srie, steroid tidak selamanya buruk karena kerap digunakan dokter untuk pengobatan, hanya saja jumlah dosis dan area yang dipakaikan ditentukan sesuai kebutuhan.
"Yang salah itu penggunaan steroid tidak sesuai anjuran dokter, misalnya dalam skincare ilegal itu pakai steroid untuk masyarakat umum, padahal steroid itu takaran dan kebutuhan untuk setiap orang bisa berbeda-beda," ujar Dr. Srie dalam peluncuran buku Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik pada Anak dan Dewasa di Indonesia Edisi 2024 di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Steroid merupakan obat yang memiliki senyawa dengan aktivitas anti peradangan dan juga dapat menekan sistem imunitas tubuh.
Sedangkan fobia kortikosteroid topikal atau fobia steroid adalah perasaan dan keyakinan negatif, yang dikaitkan dengan penggunaan kortikosteroid topikal oleh pasien dan pengasuh.
Dalam buku Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik pada Anak dan Dewasa di Indonesia Edisi 2024 yang penyusunannya diketuai Dr. Srie, juga menggambarkan fobia steroid sebagai kekhawatiran dan kecemasan dalam penggunaan kortikosteroid topikal atau obat oles.
Buku tersebut juga mencantumkan bahwa fobia steroid merupakan fenomena global yang telah diidentifikasi dan dipelajari di lebih dari 15 negara. Prevalensi fobia steroid dalam penelitian bervariasi dari 21 persen hingga 83,7 persen.
"Memang betul steroid ada efek sampingnya, lokal maupun sistemik. Tapi hal itu akan terjadi kalau steroid tidak digunakan sebagaimana mestinya. Atau dipakai sendiri tanpa rekomendasi dokter," jelas Ketua Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) itu.
Baca Juga: Israel Kepergok Pakai Buzzer untuk Galang Dukungan Lawan Palestina, Biayanya Rp 32,5 M
Lebih lanjut dokter yang mengambil spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini memaparkan kini semakin banyak pasien ingin pengobatan serba natural dan alami tanpa bahan kimia, padahal bahan natural bukan berarti tidak ada kimianya.
"Penyakit dermatitis atopik yang sedang flare (kambuh mendadak) pilihan utama pengobatannya tetap steroid. Nah, setelahnya dokter akan pilih steroid disesuaikan kekuatan berapa, usia, dan lokasi yang diaplikasikan," pungkas Dr. Srie.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal