Suara.com - Persalinan bukanlah hal yang mudah dilalui oleh ibu hamil, karena selalu ada risiko mengintai yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah plasenta akreta yang dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan.
Mengutip dari Mayo Clinic, plasenta akreta adalah kondisi serius yang terjadi pada kehamilan ketika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
Umumnya, plasenta akan terlepas dari dinding rahim setelah persalinan. Namun, pada kasus plasenta akreta, sebagian atau seluruh plasenta tetap menempel dan hal ini dapat menyebabkan pendarahan hebat setelah melahirkan.
Penyebab Plasenta Akreta
Penyebab plasenta akreta memang belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan kelainan pada lapisan rahim, biasanya akibat jaringan parut yang terbentuk akibat operasi Caesar sebelumnya atau operasi rahim lainnya. Namun, terkadang plasenta akreta juga bisa terjadi tanpa riwayat operasi rahim.
Gejala Plasenta Akreta
Selama masa kehamilan, plasenta akreta umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun, kondisi ini akan menjadi masalah ketika ibu hamil melahirkan. Idealnya, setelah melahirkan, plasenta akan terlepas dari dinding rahim. Akan tetapi, pada penderita plasenta akreta, sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat erat ke dinding rahim karena tumbuh terlalu dalam dan dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Faktor Risiko Plasenta Akreta
Plasenta akreta dapat terjadi pada setiap ibu hamil. Namun, ada beberapa faktor dapat meningkatkan risikonya. Salah satunya, menurut Dokter Spesialis Kandungan Sub Spesialis Fetomaternal National Hospital Surabaya, dr. Fransiscus Octavius Hari Prasetyadi, Sp.OG, adalah operasi Caesar pada persalinan sebelumnya.
Baca Juga: Waspada! Kematian Ibu Hamil Masih Tinggi, Ini Penyebab dan Solusinya
Menurutnya, lantaran banyaknya ibu hamil yang melahirkan lewat operasi Caesar, belakangan tenaga medis kerap mendapat tambahan kasus yang sebetulnya bisa dihindari, termasuk salah satunya plasenta akreta.
Berkat perkembangan teknologi, kondisi plasenta akreta ini bisa diprediksi dengan alat USG canggih yang ada saat ini. Saat periksa kehamilan, dokter bisa melihat kondisi pembuluh darahnya secara detail, sehingga waktu mau operasi, punya gambaran mana yang harus jadi fokus perhatian.
Oleh sebab itu, dr. Fransiskus berkeyakinan, jika ibu hamil bisa lahir normal, maka tak perlu melakukan operasi Caesar. Dengan begitu, risiko terjadinya plasenta akreta pun bisa dicegah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?