Suara.com - Kanker payudara tidak hanya memberikan dampak fisik, tetapi juga emosi dan mental yang sangat besar bagi penderitanya. Perasaan takut, cemas, sedih, hingga depresi kerap dialami oleh penderita kanker payudara. Namun, penting untuk diingat bahwa menjaga kesehatan mental sangat krusial dalam proses penyembuhan. Lalu, apa saja hal-hal yang dapat membantu menjaga kesehatan mental selama menjalani pengobatan kanker payudara?
Memasuki bulan kesadaran terhadap kanker payudara selama bulan Oktober ini, Maxx Coffee untuk ketiga kalinya berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) untuk memberikan penyuluhan bagaimana pentingnya untuk selalu melakukan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi dini kanker payudara.
Kali ini, mengundang Ibu Siti Rahmawati, seorang warrior kanker payudara, dan Cindy Dwi Utami, M.Psi, Maxx Coffee memberikan penyuluhan dan membagikan pengalaman dalam mendampingi penderita kanker payudara hingga mereka dapat melewati masa kritis dengan tetap menjaga kesehatan emosi dan tetap berpikir positif.
Siti yang didiagnosis kanker payudara sekitar lima tahun lalu menceritakan perasaannya saat pertama kali mendengar kabar tersebut.
"Rasa takut pasti ada, tapi dengan rasa takut itu kita harus memiliki rasa untuk melawan dan bertahan," katanya, sekaligus mengaku bahwa ia pun mengkhawatirkan akan kematian.
Namun, setelah melalui proses penerimaan dan bertemu dengan sesama pengidap kanker, dia mulai lebih menghargai hidup. Baginya, penyakit ini adalah bagian dari takdir yang harus ia jalani.
Apa yang dikatakan Siti diamini oleh Cindy. Menurutnya, seorang penderita kanker payudara, ataupun penyakit lainnya, mereka hanya butuh didengarkan dan didukung oleh keluarga ataupun lingkungannya.
Namun, sebelum mencari dukungan dari orang-orang terdekat, penting bagi penderita kanker payudara untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Memahami emosi
Baca Juga: AstraZeneca Luncurkan Kampanye #AndHerTogether Perkenalkan Kanker Payudara HER2-Rendah
Jangan menafikan atau menekan perasaan yang dialami saat mendengar diagnosis dokter. Mengakui emosi seperti marah, sedih, atau takut adalah langkah pertama untuk menghadapinya.
2. Berbicara dengan orang terdekat
Berbagi perasaan dengan orang-orang yang dipercaya, seperti keluarga, teman, atau kelompok pendukung, dapat memberikan rasa nyaman dan dukungan.
3. Cari dukungan profesional
Terapis atau psikolog dapat memberikan alat dan strategi yang efektif untuk mengatasi stres dan emosi negatif.
4. Mengelola stres
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?