Suara.com - Pemahaman yang lebih mendalam tentang kanker payudara HER2-Rendah semakin mendesak. Seiring perkembangan terapi inovatif, kampanye #AndHerTogether yang digagas AstraZeneca Indonesia mengajak masyarakat Indonesia, khususnya para perempuan, untuk lebih sadar dan proaktif terhadap jenis kanker payudara ini.
Kampanye ini menjadi bagian dari komitmen global AstraZeneca untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker payudara melalui solusi terapi terbaru.
Kanker payudara saat ini adalah jenis kanker kedua paling umum di dunia, dan menyumbang salah satu angka kematian tertinggi di kalangan perempuan. Menurut data terbaru, lebih dari dua juta kasus kanker payudara didiagnosis pada 2022, dengan lebih dari 665.000 kematian di seluruh dunia.
Meski tingkat kelangsungan hidup pasien kanker payudara meningkat, bagi mereka yang terdiagnosis metastasis, angka harapan hidupnya tetap rendah. Hanya sekitar 30% pasien kanker payudara metastasis yang bertahan lebih dari lima tahun setelah diagnosis. Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perawatan yang lebih efektif dan lebih spesifik.
Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, menjelaskan pentingnya kampanye ini.
"Selama lebih dari empat dekade, AstraZeneca telah berkontribusi dalam inovasi terapi kanker payudara. Kami bangga menjadi bagian dari pengembangan obat-obatan perintis yang memberi harapan baru bagi para pejuang kanker di seluruh dunia. Dengan kampanye #AndHerTogether, kami ingin lebih banyak perempuan di Indonesia menyadari pentingnya deteksi dini, memahami opsi pengobatan, dan mengambil langkah aktif dalam kesehatan mereka." kata Esra ditulis Rabu (25/9/2024).
HER2 adalah protein yang mengendalikan pertumbuhan sel-sel kanker. Pasien dengan ekspresi tinggi dari HER2 diklasifikasikan sebagai HER2-positif, mewakili sekitar 15-20% dari semua kasus kanker payudara.
Namun, sebagian besar pasien yang tidak diklasifikasikan sebagai HER2-positif sebelumnya dimasukkan dalam kategori HER2-negatif. Perkembangan terbaru dalam penelitian medis kini menunjukkan bahwa ada subkategori baru yang dikenal sebagai HER2-Rendah, yang mencakup 60-65% dari pasien yang sebelumnya dianggap HER2-negatif, terlepas dari status hormon reseptornya.
HER2-Rendah merupakan tipe kanker payudara yang agresif dan cepat tumbuh. Sama seperti HER2-positif, kanker ini dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain, seperti otak dan tulang. Penyebaran ini mengakibatkan tantangan tambahan dalam pengobatan dan kualitas hidup pasien. Menyadari pentingnya edukasi publik, AstraZeneca mencanangkan kampanye ini untuk memberikan informasi yang akurat dan solusi pengobatan bagi pasien HER2-Rendah.
Prof. DR. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, salah satu pakar kanker terkemuka di Indonesia, membahas perkembangan pengobatan kanker payudara HER2-Rendah.
"Kini, pasien kanker payudara HER2-Rendah dapat diobati dengan terapi target, yaitu penggunaan konjugat obat-antibodi yang secara lebih spesifik dapat menargetkan sel-sel kanker. Hal ini memungkinkan pasien mendapatkan pengobatan yang lebih terarah dan efektif, serta meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup mereka. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan obat trastuzumab deruxtecan, yang terbukti memperpanjang masa bebas penyakit hingga dua kali lipat dibandingkan dengan kemoterapi konvensional." paparnya.
Tantangan terbesar dalam penanganan kanker payudara di Indonesia adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, termasuk subtipe HER2-Rendah. Meskipun kampanye SADARI (Periksa Payudara Sendiri) yang digagas pemerintah sejak 2015 sudah cukup aktif, jumlah perempuan yang mendapatkan edukasi deteksi dini masih sangat terbatas.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya akses ke layanan kesehatan dan minimnya pengetahuan tentang pentingnya skrining kanker payudara secara berkala.
Woro Kurnianingrum, seorang penyintas kanker payudara HER2-Rendah dari Lovepink, berbagi pengalamannya dalam melawan penyakit ini.
"Saya menjalani perjalanan yang tidak mudah. Ketika pertama kali didiagnosis, saya merasa khawatir dan bingung tentang apa yang harus dilakukan. Namun, dengan bimbingan dokter, saya memahami pentingnya memilih terapi yang tepat dan mengikuti semua rekomendasi pengobatan. Komunikasi yang baik antara pasien dan dokter adalah kunci utama untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan menjaga kualitas hidup." ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak