Suara.com - Bunuh diri merupakan salah satu permasalahan kesehatan mental paling kompleks dan sensitif dalam masyarakat modern. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021, sekitar 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya, menjadikannya penyebab kematian keempat pada kelompok usia 15-29 tahun di seluruh dunia.
Mengutip laman resmi WHO, bunuh diri tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi berbagai faktor kompleks, di antaranya:
1. Kesehatan Mental
- Depresi berat
- Gangguan bipolar
- Kecemasan kronis
- Trauma psikologis
- Gangguan kepribadian
2. Faktor Lingkungan Sosial
- Tekanan ekonomi
- Konflik hubungan
- Kehilangan pekerjaan
- Diskriminasi
- Isolasi sosial
- Kekerasan dalam rumah tangga
3. Faktor Individu
- Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
- Penyalahgunaan zat
- Penyakit kronis
- Gangguan tidur
- Rendah diri
Pencegahan bunuh diri membutuhkan pendekatan holistik dari seluruh komponen masyarakat. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental.
4. Peran Keluarga dan Komunitas: Tema Sentral WCAP 2024
Bali menjadi saksi pentingnya pertemuan para profesional kesehatan mental dunia dalam Kongres Dunia Psikiatri ke-10 (WCAP) pada 5-7 Desember 2024. Salah satu sorotan utama adalah kuliah yang disampaikan oleh Prof. Danuta Wasserman, Presiden Asosiasi Psikiatri Dunia (WPA), yang berfokus pada kemajuan strategi pencegahan bunuh diri.
Menurut Prof. Wasserman, bunuh diri menelan lebih dari 700.000 jiwa setiap tahunnya, dengan tingkat pada pria dua kali lipat dibandingkan wanita. Namun, sejak tahun 2000, angka ini berhasil turun sebesar 36%, berkat pendekatan berbasis bukti, termasuk program sekolah dan pelatihan komunitas yang mendorong kesadaran lebih tinggi tentang tanda-tanda bahaya.
Baca Juga: Judi Online Tidak Bikin Kaya Raya, Utang dan Bunuh Diri Adalah Dampaknya
Prof. Wasserman juga menyoroti peran penting komunitas dan keluarga dalam mendukung individu yang rentan. Pendekatan seperti pelatihan gatekeeper (anggota masyarakat yang dilatih untuk mengenali tanda-tanda krisis), pembatasan akses ke metode berbahaya, dan intervensi berbasis internet kini menjadi pilar dalam upaya pencegahan.
Mengusung tema “Menavigasi Komorbiditas Kesehatan Mental dan Fisik dengan Dukungan Keluarga dan Komunitas,” WCAP 2024 menggarisbawahi pentingnya jaringan dukungan holistik dalam perawatan kesehatan mental. Kolaborasi lintas sektor menjadi inti diskusi, dengan peserta dari Asia, Australia, dan Eropa berbagi pendekatan inovatif untuk memperluas jangkauan layanan.
Dukungan emosional dari keluarga juga menjadi perhatian khusus. Sebagaimana dijelaskan Prof. Wasserman, pendekatan sederhana seperti menyediakan waktu dan perhatian bagi individu yang menunjukkan gejala depresi dapat menjadi langkah awal yang sangat berdampak.
Kongres ini tidak hanya mendorong dialog antar-profesional, tetapi juga menginspirasi upaya baru dalam mengatasi stigma terhadap kesehatan mental. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pencegahan bunuh diri tidak hanya soal teknologi medis tetapi juga membangun hubungan manusia yang empatik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien