Suara.com - Saraf kejepit adalah kondisi yang terjadi ketika jaringan di sekitar saraf, seperti tulang, tulang rawan, otot, atau tendon, memberikan tekanan yang berlebihan pada saraf tertentu. Tekanan ini dapat menyebabkan rasa nyeri, kesemutan, mati rasa, dan kelemahan di area yang terdampak.
Saraf kejepit bisa terjadi di berbagai bagian tubuh, termasuk pinggang, leher, dan pergelangan tangan. Untuk mengatasi kondisi ini, terdapat berbagai pilihan terapi dan pengobatan yang efektif dalam membantu meredakan gejala dan memperbaiki kondisi saraf.
Salah satu tempat yang menyediakan layanan untuk mengatasi saraf kejepit adalah Lamina Pain and Spine Center, yang merupakan klinik Terapi saraf kejepit di Jakarta yang menawarkan berbagai metode pengobatan yang lebih minimal invasif untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Dengan tim medis yang berpengalaman dan fasilitas yang canggih, Lamina menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang mencari solusi efektif untuk masalah saraf kejepit.
Terapi untuk Saraf Kejepit
Ada beberapa jenis terapi yang umum digunakan untuk pengobatan saraf kejepit efektif, antara lain:
1. Pemberian Obat Anti Nyeri Terapi awal untuk saraf kejepit biasanya melibatkan pemberian obat anti nyeri atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen. Obat ini membantu meredakan peradangan dan mengurangi rasa nyeri. Jika nyeri sangat parah, dokter mungkin meresepkan obat relaksan otot atau kortikosteroid oral untuk mengurangi pembengkakan di sekitar saraf.
2. Terapi Injeksi Ketika obat oral tidak cukup efektif, terapi injeksi dapat menjadi pilihan. Kortikosteroid disuntikkan langsung ke area sekitar saraf yang terjepit untuk meredakan peradangan dan nyeri. Terapi ini memberikan efek yang cepat, terutama pada kondisi seperti saraf terjepit akibat hernia diskus atau stenosis spinal.
3. Terapi Injeksi Terapi laser seperti PLDD dapat mengempiskan jaringan yang menekan saraf dan mengurangi peradangan. Terapi ini lebih aman dan minim komplikasi, sehingga sering menjadi pilihan bagi pasien yang mencari alternatif non-operatif.
Baca Juga: Nyeri Punggung Bawah Saat Hamil? Waspada Saraf Kejepit
4. Prosedur Minimal Invasif Dalam kasus yang lebih serius, prosedur minimal invasif seperti endoskopi tulang belakang dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf. Prosedur ini melibatkan sayatan kecil dan penggunaan kamera untuk memandu pengangkatan jaringan atau diskus yang menekan saraf. Prosedur ini memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat dibanding tindakan konvensional.
5. Fisioterapi Fisioterapi bertujuan memperkuat otot di sekitar area yang terdampak dan mengurangi tekanan pada saraf. Program ini melibatkan latihan peregangan, penguatan, dan peningkatan fleksibilitas. Terapi manual atau penggunaan alat bantu juga dapat membantu memperbaiki postur tubuh dan mencegah kekambuhan.
Penanganan Saraf Kejepit Lebih Minimal Invasif dengan Joimax
Untuk mengatasi saraf terjepit maka bisa mencoba menggunakan prosedur Joimax. Langkah-langkah yang akan dilakukan selama prosedur ini berlangsung cukup banyak dan berikut beberapa contohnya.
1. Konsultasi dengan Dokter
Tim medis yang bertugas sebelumnya melakukan evaluasi terlebih dahulu, seperti memeriksa fisik, riwayat medis pasien dan juga melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan CT scan atau MRI untuk mendiagnosis kondisi pasien.
2. Persiapan Tindakan
Setelah menemukan metode yang tepat, tim medis kemudian meminta pasien untuk menandatangani surat persetujuan yang didalamnya berisikan informasi tentang prosedur pengobatan, manfaat dan risiko.
Berita Terkait
-
Mengenal Terapi Genqi untuk Atasi Saraf Kejepit dan Struktur Tubuh Bermasalah
-
Manfaat Fisioterapi Untuk Pasien Stroke dan Saraf Kejepit
-
Ciri-ciri Saraf Kejepit, Kenali Gejala Berikut dan Cara Mengobatinya
-
Ibu Raffi Ahmad Dilarikan ke Rumah Sakit, Ternyata Menderita Penyakit Ini
-
Bapak-Bapak Salah Gerakan Angkat Galon Bisa Bikin Saraf Kejepit, Ini Cara yang Benar!
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!