Suara.com - Kesadaran masyarakat tentang gangguan irama jantung alias aritmia ternyata masih rendah. Ini dibuktikan dari cerita dokter yang mendapati pasiennya lebih dulu dibawa ke psikiater karena dianggap sebagai kecemasan alias anxiety.
Cerita ini dibagikan langsung Konsultan Intervensi Jantung dan Aritmia Eka Hospital BSD, dr. Ignatius Yansen Ng, MD, FIHA, FAsCC, FAPSC saat bertemu dengan awak media beberapa waktu lalu. Ia bercerita awalnya pasien mengeluh alami jantung berdebar kencang beberapa kali.
Tapi sayangnya sang suami tidak percaya istrinya mengalami gangguan jantung, bahkan meyakini istrinya sedang sensitif hingga overthinking yang membuat jantungnya berdebar kencang.
"Sampai dibawa ke psikiater, karena kenapa, setiap kali dibawa ke dokter jantung, bilangnya normal, kenapa? Karena pada saat tidak kejadian ke dokter jantungnya. Pas lagi berdebar, misalnya tadi malam, atau minggu lalu, pada saat dibawa ke dokternya, sudah tidak berdebar lagi," ujar dr. Ignatius dalam acara Media Gathering Eka Hopital.
Kondisi jantung berdebar kencang tiba-tiba ini sayangnya saat dibawa ke dokter jantung, debaran itu kembali tidak muncul. Hasilnya, kejadian ini membuat dokter menyimpulkan tidak ada masalah pada pasien tersebut.
Namun di saat serangan jantung berdebar kencang muncul, dan meminta sang suami memeriksa hingga diketahui detak jantung mencapai 200 kali per menit. Pada saat itu barulah sang suami percaya.
"Tapi akhirnya suatu kali ketika dia lagi berdebar nih, suaminya disuruh pegang nadinya, benar, 200 kali per menit," ungkapnya.
Dibawa ke saya, baru akhirnya dilakukan pemeriksaan listrik jantung dan diablasi, oh ternyata benar ada gangguan irama jantung.
Kondisi ini menurut dr. Ignatius banyak dialami masyarakat Indonesia yang belum sadar mengalami aritmia atau detak jantung tidak teratur. Bisa terlalu cepat atau terlalu lambat.
Baca Juga: Kebiasaan Sepele Tapi Bisa Bikin Kena Penyakit Jantung
Masyarakat harus ingat jika jantung berdebar tanpa sebab, seperti sedang makan, tidur atau bahkan sedang terdiam padahal tidak melakukan aktivitas berat seperti olahraga, maka segera periksakan diri ke dokter.
"Dibawa ke saya, baru akhirnya dilakukan pemeriksaan listrik jantung dan diablasi, oh ternyata benar ada gangguan irama jantung," jelasnya.
Fenomena ini belum sepenuhnya dikenali masyarakat, hasilnya banyak yang mengaitkan kondisi ini dengan masalah kesehatan mental seperti anxiety atau kecemasan berlebih, hingga khawatir berlebihan.
"Ternyata sebagian itu under diagnosed dan banyak malah yang datangnya ke tempat lain, ke psikiater atau ke psikolog, karena merasa berdebarnya itu karena cemas berlebih, karena anxiety, atau apa macemnya, gitu," jelas dr. Ignaius.
Inilah sebabnya tidak jarang dokter yang berpraktik di My Cardia itu kerap menyarankan orang mengenakan smartwatch untuk mendeteksi jantung berdebar kencang atau melemah karena aritmia.
Aritmia jantung adalah gangguan pada impuls listrik yang memiliki tugas mengatur detak jantung. Akibatnya jantung berdetak terlalu cepat, lambat atau tidak beraturan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?