Suara.com - Di era serba digital ini, smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari membuka mata di pagi hari hingga kembali tidur di malam hari, layar kecil ini nyaris tak pernah lepas dari genggaman. Mulai dari bekerja, belajar, mencari hiburan, hingga bersosialisasi, semuanya dilakukan lewat layar. Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, penggunaan gawai secara berlebihan ternyata membawa risiko yang serius bagi kesehatan fisik kita, salah satunya adalah skoliosis—kelainan pada tulang belakang yang kini mulai menyerang generasi muda secara diam-diam.
Postur Tubuh dan Smartphone: Kombinasi yang Diam-diam Berbahaya
Coba bayangkan rutinitas harian mu saat menggunakan smartphone. Seberapa sering kamu menunduk dalam sehari? Saat duduk di kursi kerja, bersantai di sofa, menunggu di halte, atau bahkan sebelum tidur, kebanyakan orang memiringkan kepala ke depan dan membungkukkan punggung untuk fokus pada layar. Tanpa disadari, posisi ini menambah beban besar pada tulang leher dan punggung bagian atas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli ortopedi, saat kepala menunduk sekitar 45 derajat—posisi umum ketika seseorang melihat layar ponsel—tulang leher menahan beban setara 22 kilogram. Beban ini bukanlah hal sepele, terutama jika kebiasaan ini dilakukan selama berjam-jam setiap hari. Lama-kelamaan, tekanan yang terus menerus ini dapat mengubah postur tubuh alami dan bahkan menyebabkan kelainan pada tulang belakang seperti skoliosis.
Skoliosis: Bukan Hanya Masalah Genetik
Skoliosis merupakan kondisi kelainan bentuk tulang belakang yang melengkung ke samping secara tidak normal, biasanya membentuk kurva seperti huruf "S" atau "C". Banyak orang menganggap skoliosis hanya terjadi karena faktor genetik atau bawaan lahir. Padahal, postur tubuh yang buruk akibat gaya hidup modern juga berperan besar dalam memicu atau memperparah kondisi ini.
Ketika seseorang duduk atau berdiri dalam posisi yang tidak seimbang selama waktu yang lama—seperti membungkuk terus-menerus saat bermain HP—maka otot-otot di satu sisi tubuh akan mengalami ketegangan berlebih, sementara sisi lainnya melemah. Ketidakseimbangan ini jika dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi struktur tulang belakang dan bisa mengarah pada skoliosis.
Lebih mengkhawatirkan lagi, skoliosis kerap berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal. Banyak orang baru menyadarinya setelah kondisi memburuk dan menimbulkan rasa nyeri atau perubahan bentuk tubuh yang mencolok.
Kaitan Postur Buruk dengan Rasa Sakit di Telapak Kaki
Baca Juga: BRI Terus Dorong Kemandirian dan Kemajuan Pelaku UMKM Melalui Holding UMi
Mungkin terdengar mengejutkan, namun kelainan pada tulang belakang akibat postur yang salah ternyata juga bisa berdampak hingga ke bagian tubuh yang jauh, seperti telapak kaki sakit. Bagaimana bisa?
Ketika tulang belakang tidak dalam posisi yang simetris atau mengalami kelengkungan, distribusi beban tubuh pun menjadi tidak merata. Beban yang seharusnya terbagi secara seimbang ke kedua kaki, justru akan lebih dominan ke satu sisi. Hal ini membuat salah satu telapak kaki menanggung tekanan lebih besar dibandingkan yang lain.
Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan beban ini dapat menyebabkan gangguan seperti nyeri tumit, peradangan pada jaringan telapak kaki (plantar fasciitis), atau bahkan deformitas ringan pada bentuk telapak kaki. Banyak orang mengeluh sakit kaki saat bangun tidur atau setelah berjalan jauh, tanpa menyadari bahwa akar permasalahannya bisa berasal dari postur tubuh yang buruk.
Gejala Skoliosis yang Sering Diabaikan
Agar lebih waspada, berikut ini adalah beberapa tanda awal skoliosis yang patut diperhatikan:
- Salah satu bahu tampak lebih tinggi dibanding yang lain
- Tulang belikat menonjol di satu sisi
- Pinggang atau pinggul terlihat tidak simetris
- Sering merasa pegal di punggung bagian atas atau bawah
- Nyeri saat berdiri lama atau berjalan jauh
- Sulit berdiri atau duduk dengan posisi tegak tanpa merasa tidak nyaman
Gejala-gejala tersebut memang tidak selalu langsung menunjukkan skoliosis, tetapi jika kamu mengalaminya secara berulang, ada baiknya segera berkonsultasi dengan ahli tulang atau fisioterapis.
Berita Terkait
-
Mengenal Kolonoskopi: Langkah Awal yang Menyelamatkan Nyawa dari Kanker Usus Besar
-
Alasan Nunung Terus jadi Tulang Punggung buat Keluarga Besar
-
Deteksi Dini Osteoporosis dengan BMD: Cegah Patah Tulang Sebelum Terlambat
-
Dirawat di RS Sendirian, Jirayut Berusaha Kuat Sebagai Tulang Punggung Keluarga
-
Airlangga Hartarto: UMKM Jadi Tulang Punggung Ekonomi, Pemerintah Siapkan Berbagai Dukungan
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan