Suara.com - Di era digital yang semakin maju, perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, dan laptop telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Mulai dari urusan pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan, semuanya kini terintegrasi dalam layar digital yang mudah diakses kapan saja dan di mana saja.
Namun di balik kemudahan itu, ada ancaman kesehatan yang sering kali diabaikan, yakni gadget neck, sebuah kondisi nyeri leher akibat kebiasaan menunduk terlalu lama saat menatap layar gawai.
Dokter spesialis rehabilitasi medik dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Inge Jiemesha, Sp.KFR, menjelaskan bahwa gadget neck merupakan fenomena yang semakin umum terjadi di masyarakat modern.
“Kondisi ini terjadi karena postur kepala yang menunduk terus-menerus saat menggunakan gadget. Posisi tersebut menyebabkan ketegangan otot leher yang bisa menimbulkan rasa nyeri bahkan mengganggu aktivitas harian,” ujar dr. Inge dikutip dari ANTARA pada Minggu (20/4/2025).
Ia menambahkan bahwa postur tubuh yang tidak ideal saat menggunakan gadget tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara, tetapi juga berpotensi mengganggu kesehatan tulang belakang dalam jangka panjang.
Ketika kepala menunduk 45 derajat, beban yang ditanggung tulang leher bisa mencapai lebih dari 20 kilogram, beban yang jika terus dipikul, bisa menimbulkan gangguan struktural, saraf terjepit, bahkan kelainan permanen.
Fenomena ini kini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja yang sudah terbiasa menggunakan gawai sejak usia dini.
Banyak anak yang menghabiskan waktu berjam-jam bermain gim atau menonton video tanpa memperhatikan postur tubuhnya. Tanpa intervensi dan edukasi sejak dini, mereka berisiko mengalami kelainan postur lebih awal dari seharusnya.
Untuk mencegah gadget neck, dr. Inge menyarankan beberapa langkah sederhana namun efektif. Pertama, hindari posisi menunduk dalam waktu lama. Letakkan layar gawai sejajar dengan tinggi mata agar kepala tidak perlu condong ke depan.
Kedua, jika bekerja dengan laptop lebih dari 30 menit, sebaiknya gunakan keyboard eksternal dan kursi ergonomis. Ketiga, lakukan peregangan ringan setiap 30–60 menit untuk merilekskan otot leher dan punggung.
Namun, jika nyeri tengkuk sudah terjadi, langkah awal yang bisa dilakukan adalah menghentikan sementara penggunaan gawai dan melakukan peregangan ringan.
Bila diperlukan, obat pereda nyeri atau pelemas otot dapat membantu. "Yang paling penting adalah segera berkonsultasi dengan dokter spesialis agar bisa mendapat penanganan sesuai kondisi masing-masing," tambahnya.
Penanganan medis terhadap gadget neck umumnya diawali dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap otot dan saraf. Dari hasil diagnosis, dokter akan menentukan metode terapi yang tepat.
Terapi yang tersedia antara lain terapi panas atau dingin, elektroterapi, pijat terapeutik, terapi laser, terapi gelombang kejut, hingga latihan fisik untuk memperbaiki postur dan memperkuat otot penyangga leher.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat merekomendasikan penggunaan teknologi modern seperti Redcord alat terapi yang efektif untuk menangani gangguan otot dan sendi secara spesifik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial