Suara.com - Hepatitis masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Minimnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya vaksinasi dan sifat virus hepatitis yang sering tidak menunjukkan gejala di tahap awal menjadi faktor utama tingginya angka penyebaran penyakit ini.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Siloam Kebon Jeruk, dr Steven Zulkifly, Sp.PD, menjelaskan bahwa hepatitis akut di Indonesia adalah kondisi peradangan pada hati yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik infeksius seperti virus, maupun non-infeksius seperti konsumsi alkohol, penggunaan obat tertentu, hingga penyakit autoimun.
"Hepatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses peradangan pada hati. Penyebabnya bisa berasal dari infeksi seperti virus, maupun non-infeksi seperti konsumsi alkohol atau gangguan autoimun," jelas dr Steven dikutip dari ANTARA, Senin 29 April 2025.
Virus hepatitis yang paling umum dijumpai adalah hepatitis A, B, dan C. Ketiganya memiliki jalur penularan dan dampak yang berbeda.
Hepatitis A umumnya menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses penderita, sedangkan hepatitis B dan C menyebar melalui darah dan cairan tubuh, baik secara vertikal dari ibu ke anak maupun secara horizontal seperti melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual berisiko.
"Virus hepatitis A, B, C, D, hingga E adalah penyebab infeksi yang paling sering. Namun yang paling banyak ditemui di masyarakat adalah hepatitis A, B, dan C. Bahkan infeksi seperti cytomegalovirus dan herpes pun bisa menyebabkan hepatitis," ujarnya.
Menurut dr Steven, salah satu hal yang memperburuk situasi adalah rendahnya cakupan vaksinasi hepatitis, terutama hepatitis A dan B, di kalangan masyarakat.
Padahal, vaksin hepatitis A dapat memberikan perlindungan seumur hidup setelah dua kali pemberian dengan jeda enam bulan, sedangkan vaksin hepatitis B diberikan tiga kali di usia nol, satu, dan enam bulan.
"Vaksinasi sangat penting. Untuk hepatitis A, meski penyakit ini bisa sembuh sendiri, tetap disarankan untuk vaksin karena bisa mencegah penyebaran. Sementara hepatitis B lebih berbahaya karena dapat berkembang menjadi kronis dan menyebabkan sirosis hingga kanker hati," kata dr Steven.
Baca Juga: Israel Terus Gempur Palestina, Wabah Hepatitis Serang Jalur Gaza: Kondisi Semakin Memburuk
Hepatitis B dan C paling rentan menjangkit kelompok usia produktif antara 35 hingga 60 tahun. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup berisiko seperti penggunaan jarum suntik tidak steril untuk tato atau piercing, serta hubungan seksual tidak aman.
Untuk hepatitis C, saat ini memang belum tersedia vaksin, namun pengobatannya sudah berkembang pesat. Obat antivirus langsung atau Direct Acting Antiviral (DAA) kini dapat menyembuhkan pasien dalam waktu 3 hingga 6 bulan, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Di sisi lain, hepatitis A umumnya bersifat akut dan bisa sembuh total. Penanganannya bersifat suportif, seperti menjaga asupan nutrisi dan mencegah dehidrasi. Namun, bila terjadi gagal hati akut, pasien harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Menanggapi meningkatnya kasus hepatitis dan rendahnya kesadaran masyarakat, dr Steven menegaskan bahwa Grup RS Siloam telah menyediakan layanan komprehensif untuk penanganan hepatitis, mulai dari pencegahan, diagnosis, hingga pengobatan.
"Grup RS Siloam menyediakan layanan menyeluruh untuk hepatitis. Mulai dari vaksinasi, pemeriksaan laboratorium, peralatan endoskopi, hingga layanan pasca perawatan. Pasien hepatitis B akan terus dimonitor hingga waktu yang tepat untuk diterapi. Untuk hepatitis C, pasien akan langsung mendapat pengobatan agar tidak berkembang menjadi sirosis," jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi publik agar masyarakat tidak menganggap remeh hepatitis. Meskipun beberapa jenis hepatitis bisa sembuh dengan sendirinya, banyak juga yang berujung pada komplikasi serius jika tidak ditangani sejak dini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia