Health / Men
Jum'at, 07 November 2025 | 13:42 WIB
Ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/brgfx)
Baca 10 detik
  • Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi, tetapi kemajuan intervensi jantung memungkinkan banyak kasus ditangani tanpa operasi besar.
  • ISICAM 2025 menghadirkan 250 pakar dari 14 negara untuk membahas teknik terbaru, live demo, dan inovasi intervensi kardiovaskular.
  • PIKI menegaskan pentingnya penguatan ilmu dasar dan pendidikan berkelanjutan demi layanan jantung yang lebih presisi dan aman di Indonesia.

Suara.com - Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, namun kemajuan teknologi membuat banyak kasus kini dapat ditangani tanpa operasi besar melalui prosedur intervensi jantung yang lebih aman dan minim luka.

Perkembangan inilah yang menjadi fokus besar dalam forum ilmiah terbesar di Indonesia, Indonesian Society of Interventional Cardiology Annual Meeting (ISICAM) 2025, yang digelar Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) pada 5–8 November 2025 di Jakarta.

ISICAM 2025, yang memasuki penyelenggaraan ke-17, mengangkat tema “Back to Fundamentals – Kembali ke Fondasi, Maju dengan Inovasi”. Tema ini menegaskan pentingnya menguasai prinsip dasar intervensi jantung, sekaligus memastikan teknologi modern diterapkan secara presisi untuk meningkatkan keamanan, efektivitas, dan efisiensi terapi pasien.

Ketua Umum PIKI, dr. Sodiqur Rifqi, Sp.JP, menekankan bahwa pendidikan dan pelatihan terus menjadi misi utama organisasi.

“Inovasi hanya akan bermakna bila berpijak pada fondasi ilmiah yang kuat. Melalui ISICAM 2025, kami ingin mengingatkan kembali pentingnya prinsip dasar intervensi jantung untuk memastikan terapi yang presisi, aman, dan efektif,” ujarnya.

Sebagai organisasi profesional yang berfokus pada kemajuan kardiologi intervensi, PIKI terus mendorong riset, kolaborasi, dan pengembangan teknologi. Upaya ini juga ikut memperkuat layanan intervensi jantung berstandar internasional di Indonesia, sehingga pasien kini memiliki pilihan terapi yang lebih minim risiko dibanding operasi konvensional.

Dihadiri 250 Pakar dari 14 Negara

ISICAM 2025 menghadirkan 59 pakar internasional dari 14 negara, mulai dari Inggris, Spanyol, Polandia, Turki, Korea, Jepang, Singapura, hingga Malaysia. Selain itu, terdapat 191 ahli nasional yang berpartisipasi dalam sesi ilmiah, workshop, hingga studi kasus.

Beragam topik dibahas, termasuk intervensi koroner, penanganan kelainan struktural jantung, penyakit jantung bawaan, dan terapi pembuluh darah perifer—area yang kini sering menjadi alternatif penanganan tanpa operasi besar.

Baca Juga: Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!

ISICAM 2025 juga menghadirkan 17 demonstrasi tindakan langsung (live demonstration) yang dilakukan oleh ahli dari rumah sakit terkemuka dunia, seperti:

  • Nanjing First Hospital (China)
  • National Heart Foundation Hospital & Research Institute (Bangladesh)
  • National Heart Centre Singapore

Kolaborasi ini turut menggandeng enam rumah sakit Indonesia, termasuk RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita; RSUP Fatmawati; RSUP Dr. Sardjito; RSUP Prof. I.G.N.G. Ngoerah; RS Bina Waluya; hingga RS Primaya.

Lewat live demo, peserta dapat menyaksikan teknik intervensi kompleks yang dilakukan dengan perangkat modern, memberi gambaran nyata bagaimana penanganan jantung kini semakin minim tindakan bedah besar.

Ketua Penyelenggara ISICAM 2025, dr. Dasdo Antonius Sinaga, Sp.JP, menyebut kegiatan tahun ini diikuti lebih dari 1.700 peserta dari beragam profesi medis.

“Kami ingin seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di ruang kateterisasi jantung memperoleh manfaat nyata—baik peningkatan keterampilan maupun kolaborasi lintas disiplin,” jelasnya.

Mendorong Regenerasi Dokter Jantung Indonesia

Load More