Health / Konsultasi
Rabu, 05 November 2025 | 20:06 WIB
Kecenderungan ini bisa berbahaya karena dapat memicu pola pikir negatif, seperti perasaan tidak puas dengan tubuh, bahkan jika ada peningkatan kebugaran atau kesehatan secara keseluruhan. [pexels.com]

Dalam dunia kesehatan, fokus pada angka timbangan alias berat badan sering kali mengabaikan aspek penting lainnya kebugaran fisik. 

Dilansir dari CNN, banyak orang di Amerika Serikat yang terobsesi dengan pola makan dan ukuran tubuh, terutama di tengah meningkatnya angka obesitas, yang menurut CDC mencapai 40,3% di kalangan dewasa. 

Pasar penurunan berat badan juga terus berkembang, dengan nilai mencapai sekitar Rp2.391.932,40 pada tahun 2022, dan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar Rp4.999.668,70 pada tahun 2030.

Namun, para ahli menekankan bahwa untuk meningkatka kesehatan dan memperpanjang umur, perhatian seharusnya lebih pada kebugaran daripada angka timbangan. 

Dr Lisa Erlanger, seorang profesor klinis kedokteran keluarga, menjelaskan bahwa banyak cara untuk meningkatkan kesehatan tanpa harus fokus pada penurunan berat badan. 

Meningkatkan aktivitas fisik, seperti berjalan lebih banyak atau memperkuat otot, dapat mengurangi risiko penyakit serius seperti kanker, diabetes, dan masalah jantung.

Ilustrasi camilan sehat yang bisa menurunkan berat badan. [ChatGPT]

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meningkatkan kebugaran kardiovaskular lebih efektif daripada diet untuk mencapai hasil kesehatan yang lebih baik. 

Sebuah meta-analisis pada tahun 2024 menemukan bahwa banyak orang kesulitan mempertahankan berat badan yang hilang dalam jangka panjang, sehingga manfaat kesehatan dari penurunan berat badan sering kali hilang. 

Para peneliti juga mencatat bahwa mengurangi kalori mungkin tidak selalu efektif, sehingga penting untuk melakukan perubahan positif pada pola makan, Seperti meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, meskipun berat badan tidak banyak berkurang.

Baca Juga: Bukan Egois tapi Self-Love: Kenapa Punya 'Boundaries' Itu Penting Banget

Sejak tahun 1980, epidemi obesitas semakin meningkat, dipicu oleh faktor-faktor seperti porsi yang lebih besar, konsumsi gula yang berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik. 

Selain itu, paparan terhadap bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai "forever Chemicals" juga dianggap berkontribusi terhadap masalah ini.

Karena dapat mempengaruhi keseimbangan energi dalam tubuh. Beberapa virus, seperti adenovirus 36, juga telah diasosiasikan dengan obesitas dalam beberapa penelitian.

Diet yang ketat seringkali tidak berhasil dalam jangka panjang. Dr. Erlanger menyatakan bahwa lebih dari 80% orang yang berhasil menurunkan berat badan akan kembali ke berat semula dalam lima tahun. 

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa setiap orang memiliki rentang berat badan tertentu yang ditentukan oleh faktor genetik dan etnis.

Ketika tubuh menerima lebih sedikit kalori dari yang dibutuhkan, metabolisme akan melambat, dan muncul rasa cemas yang mendorong keinginan untuk mengkonsumsi makanan berkalori tinggi.

Load More