Suara.com - Pernyataan kontroversial Ketua Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, soal minum susu 2 liter per hari mendapat tanggapan dari dokter spesialis anak, yang menyebut perilaku tersebut bisa menyebabkan anak obesitas hingga anemia.
Fakta ini diungkap langsung Dokter Spesialis Anak, dr. Ian Suryadi Setja M.Med Sc, Sp.A, bahwa dalam kedokteran ada panduan untuk pencegahan anak obesitas. Salah satunya tertulis anak 1 tahun yang konsumsi susu lebih dari 480 mililiter (ml) bisa berisiko obesitas.
"Tertulis dengan jelas ya, konsumsi susu di atas anak usia 12 bulan lebih dari 480 ml memberikan energi ekstra yang tidak perlu dan meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari. Jadi mau caranya gimana, 2 liter (susu) itu tidak akan pernah masuk dalam pikiran saya," jelas dr. Ian dalam acara memperingati Hari Susu Sedunia di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Bukan cuma pada anak di atas usia 12 bulan, kata dr. Ian, rekomendasi ini juga berlaku terhadap anak di bawah setahun. Sekalipun anak tersebut masih mengonsumsi air susu ibu alias ASI eksklusif, hitungannya sama sekali tidak masuk jika anak minum susu 2 liter sehari.
Ia menegaskan anak usia 0 hingga 6 bulan hanya boleh konsumsi susu. Lalu dr. Ian mencontohkan anak usia 5 bulan dengan berat badan 7 kilogram, selanjutnya diukur melalui perhitungan dokter anak, bayi cuma butuh 140 ml hingga 160 ml per kilogram berat badan.
"Kalau 7x150, kan berarti sehari cuma minum 1.050 ml, ya. Nggak mungkin terdapat nilai 2.000 (2 liter) dari mana? Nggak mungkin, ya," paparnya.
"Umur 6 hingga 9 bulan paling minum susu cuma 800 ml, ya sisanya makan. Umur 9 hingga 12 bulan paling minumnya cuma 600 ml-an, sisanya makan. Di atas 12 bulan, minum susu paling cuma 450 ml atau 300 ml hingga 450 ml," sambung dr. Ian.
Tidak hanya itu, minum susu berlebihan pada anak juga bisa meningkatkan risiko anemia. Ini karena, meski susu kaya nutrisi dengan zat fortifikasi, jika dikonsumsi berlebihan dan bersamaan dengan waktu makan, maka susu bisa menghambat penyerapan kandungan zat besi dalam makanan anak.
Ini karena zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Baca Juga: Promo Alfamart Hari Ini 2 Juni 2025 Bikin Susu Favorit Jadi Lebih Murah, Belanja Hemat Anti Boncos
Hasilnya, tanpa zat besi yang cukup, hemoglobin — yaitu zat pembawa oksigen ke seluruh tubuh — sulit diproduksi. Hasilnya, sel darah berkurang dan terjadilah anemia defisiensi besi. Ini adalah anemia yang paling umum di dunia.
"Di dalam susu itu juga bisa menghambat zat-zat lain. Contohnya kayak zat besi itu sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan atau berdekatan dengan susu, karena susu dapat menghambat serapan zat besi. Padahal penting banget tadi zat besi, ya. Buat tambah sel darah, buat kecerdasan, dan lain sebagainya," pungkas dr. Ian.
Sebelumnya, Kepala BGN, Dadan Hindayana, meyakini program makan bergizi gratis (MBG) diyakini mampu mendorong pertumbuhan tinggi badan anak-anak Indonesia hingga 180 sentimeter.
Lalu ia mencontohkan dua anaknya yang mencapai tinggi 180 sentimeter dan 185 sentimeter, berkat pola makan bergizi dan konsumsi susu sebanyak 2 liter per hari sejak kecil.
"Minum susunya diwajibkan sama ibunya dari kecil sampai SMA kelas 2, wajib. Dan bahkan pada saat pertumbuhan, anak saya yang kecil itu minum susu 2 liter sehari. Jadi tulangnya besar-besar, makanya tubuhnya tinggi," ungkap Dadan di Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi