Suara.com - Pernikahan usia dini sudah lama diketahui menjadi satu masalah yang harus dihadapi pemerintahan berbagai negara. Tak terkecuali di era digital ini, di mana tampaknya angkanya bahkan cenderung memprihatinkan, dengan yang menderita kebanyakan adalah para perempuan belia.
Berdasarkan sebuah hasil studi terbaru dari organisasi Save the Children, dalam hitungan setiap 7 detik di dunia, satu gadis belia berusia di bawah 15 tahun menikah. Ini angka yang luar biasa, karena berarti dalam setiap satu menit setidaknya ada 8 gadis belia yang menikah, dan dalam 24 jam berarti bisa lebih dari 11.000.
Sebagaimana dilansir BBC, tidak disebutkan angka detail dari hasil studi tersebut, namun laporan Save the Children menyebut bahwa banyak gadis yang bahkan baru berusia 10 tahun, dipaksa menikahi lelaki yang jauh lebih tua. Ini terutama terjadi di negara-negara seperti Afghanistan, Yaman, India dan Somalia.
Aspek-aspek seperti konflik, kemiskinan, juga krisis kemanusiaan, tampaknya menjadi faktor-faktor utama yang membuat perempuan-perempuan belia rentan terhadap pernikahan dini. Organisasi itu juga menggarisbawahi bahwa pernikahan dini bisa memicu lingkaran kesulitan di sepanjang bagian hidup gadis yang menikah.
"Pernikahan usia dini memulai lingkaran kesulitan yang membatasi para gadis belia atas hak-hak dasar mereka untuk belajar, berkembang dan menjadi anak-anak," ungkap CEO Save the Children, Helle Thorning-Schmidt.
"Gadis-gadis yang menikah terlalu dini kerap tak bisa lagi bersekolah, dan lebih rawan tertimpa KDRT, juga pelecehan dan perkosaan. Mereka kemudian hamil, serta rentan terkena infeksi menular seksual termasuk HIV," tambahnya.
Laporan yang diberi label "Every Last Girl" itu membuat peringkat negara-negara yang paling menyulitkan bagi anak perempuan. Peringkat didasarkan antara lain pada angka pendidikan, pernikahan dini, kehamilan remaja, kematian saat melahirkan, hingga jumlah perempuan di parlemen.
Chad, Niger, Republik Afrika Tengah, Mali dan Somalia, berada di peringkat terbawah daftar tersebut.
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa gadis belia yang berada di wilayah konflik lebih berpotensi menjalani pernikahan dini. Dikatakan bahwa banyak pengungsi memilih menikahkan putri-putri mereka sebagai salah satu jalan melindunginya dari kemiskinan atau eksploitasi seksual.
Organisasi tersebut pun mengangkat contoh salah seorang gadis pengungsi Suriah berusia 13 tahun di Lebanon, yang disebut bernama Sahar --bukan nama sebenarnya. Sahar menikah dengan seorang lelaki berusia 20 tahun, dan kini dia tengah hamil dua bulan.
"Hari pernikahan, saya sempat membayangkan akan jadi hari yang indah. Tapi ternyata tidak. Itu justru penuh penderitaan, penuh dengan kesedihan," ungkap Save the Children mengutip pernyataan gadis belia itu.
"Saya merasa benar-benar diberkahi karena akan memiliki seorang bayi. Tapi saya adalah seorang anak yang akan membesarkan seorang anak," sambung pernyataan Sahar.
Dalam laporan organisasi itu, disebutkan pula bahwa para gadis juga kerap menderita ketika terjadi krisis kemanusiaan seperti wabah Ebola di Sierra Leone. Saat itu, penutupan sekolah-sekolah dilaporkan berujung pada sekitar 14.000 kehamilan remaja.
Badan PBB, Unicef, memperkirakan bahwa jumlah perempuan yang menikah di usia anak-anak akan terus bertambah, dari sekitar 750 juta saat ini menjadi 950 juta pada tahun 2030.
Laporan Save the Children sendiri muncul bertepatan dengan peringatan Hari Gadis Internasional (International Day of the Girl) yang jatuh pada 11 Oktober. [BBC]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
5 Sunscreen Musim Hujan untuk Main ke Pantai Anti Lengket, Perlindungan Kulit Terbaik
-
5 Cara Layering Parfum untuk Pemula, Ciptakan Wangi Unikmu Sendiri!
-
Cara Mengatasi Kulit Belang akibat Jalan-jalan Seharian saat Liburan, Bisa Pakai Bahan Alami
-
6 Sepatu Nike yang sedang Promo di Zalora, Harga Jadi Mulai Rp200 Ribuan
-
Seberapa Kaya V BTS? Masuk Daftar 100 Pemegang Saham Muda Terkaya di Korea
-
30 Daftar Event Lari di Indonesia 2026, Wajib Masuk Kalender Pelari
-
9 Promo Makanan Spesial Malam Tahun Baru di Mall, Diskon dan Paket Hemat Buat Keluarga
-
5 Sepatu Running Lokal Murah untuk Orang Overweight, Ada Rekomendasi Dokter Tirta
-
6 Pilihan Parfum SAFF & Co yang Diskon di Zalora, Cocok untuk Sehari-hari
-
6 Merek Vitamin untuk Pelari Agar Tidak Cepat Lelah, Harga Mulai Rp8 Ribuan