Suara.com - Kepolisian Provinsi Punjab, Pakistan menyelamatkan seorang gadis berusia 9 tahun yang akan dinikahkan dengan remaja berumur 14 tahun, pada Jumat (4/3/2016). Polisi juga menangkap empat tetua desa yang memerintahkan pelaksanaan perkawinan tersebut.
Lansiran Reuters, gadis 9 tahun tersebut dinikahkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dengan keluarga si remaja 14 tahun. Perintah untuk melaksanakan pernikahan tersebut diberikan oleh empat tetua desa. Keempatnya menyatakan bahwa masalah tersebut bisa diselesaikan dengan memberikan si anak gadis untuk dinikahkan dengan anak keluarga yang terlibat sengketa sebagai kompensasi.
"Istri dari saudara lelaki si gadis meninggal dunia karena masalah kesehatan beberapa pekan silam, dan kerabat sang mendiang istri menduga ada yang tak beres dalam kematian tersebut. Mereka menuduh keluarga si gadis melakukan pembunuhan," demikian diterangkan pejabat polisi Mamoonur Rasheed.
"Pada tanggal 3 Maret, dewan desa memutuskan untuk memberikan si gadis kecil dalam tradisi "vani" atau pernikahan untuk kompensasi, untuk menyelesaikan sengketa tersebut," sambung Rasheed.
Empat tetua di dalam dewan desa memutuskan bahwa si gadis harus dinikahkan dengan sepupu dari mendiang istri kakaknya, sementara sang kakak harus membayar 150.000 Rupee (Rp29 juta) kepada keluarga mendiang istrinya.
Tiga persen gadis muda di Pakistan dinikahkan saat mereka berusia kurang dari 15 tahun. Sementara itu, sebanyak 21 persen lainnya dinikahkan sebelum usia 18 tahun, berdasarkan data UNICEF.
Para orangtua dari gadis-gadis yang menikah di bawah umur tersebut pada umumnya miskin. Mereka terpaksa menikahkan putri mereka di usia dini demi masa depan yang lebih baik bagi putri mereka.
Pada bulan Januari lalu, sebuah badan penasihat hukum pemerintah menolak rancangan undang-undang yang memberikan hukuman berat bagi mereka yang menikahkan putri mereka di usia 8 atau 9 tahun. Dengan undang-undang yang ada saat ini, para orangtua hanya bakal dikenakan sanksi satu bulan penjara dan denda 1.000 Rupee (Rp195 ribu) jika terbukti melanggar. (Reuters)
Berita Terkait
-
Kalah dari Pakistan, Timnas Voli Putra Indonesia Gagal ke Final AYG 2025
-
Serangan Udara Picu Eskalasi Konflik Afghanistan-Pakistan: Puluhan Tewas, Rusia Merespon!
-
Pakistan Berduka: Korban Banjir Melonjak Drastis
-
Merah Putih yang Ternoda, Saat Kreator Menuntut Keadilan
-
Peluru Taliban yang Menyalakan Perjuangan Malala untuk Pendidikan
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis