Suara.com - Vulvodynia atau sindrom vagina merupakan sindrom nyeri kronis di vagina yang muncul tiba-tiba, dan bisa bertahan dalam waktu lama. Kondisi ini disertai dengan simptom rasa terbakar, perih, gatal, bengkak, dan nyeri yang seringnya dijabarkan sebagai sangat-sangat menyiksa.
Pada dasarnya, vulvodynia merupakan kondisi vagina yang sangat-sangat menyakitkan, dan memengaruhi 200 ribu dan 6 juta wanita di AS setiap tahunnya.
Kondisi itu bisa menjadi masalah bagi setiap perempuan dari segala usia. Kondisi ini juga cenderung memengaruhi perempuan yang sedang mengalami atau telah mengalami menopause. Ini karena tubuh memproduksi estrogen kurang dari biasanya, yang memiliki efek pada bagaimana dinding vagina berperilaku.
Menurut Mayo Clinic, sindrom vagina juga bisa terjadi pada perempuan yang tengah melakukan pengobatan untuk kanker, terutama pada mereka yang telah menjalani pengobatan hormon untuk kanker payudara.
Kondisi ini mungkin cukup membuat Anda ingin melakukan hubungan seks dengan baik. Orgasme secara teratur dengan diri sendiri maupun pasangan dapat benar-benar menangkal gejala buruk tersebut.
Untuk menangkal kondisi ini, Anda perlu meningkatkan aliran darah ke area intim hingga mencapai klimaks, baik dengan pasangan maupun diri sendiri dengan berhubungan seks.
"Sangat penting bahwa kita memiliki kehidupan seks yang sehat dengan pasangan atau dengan diri kita sendiri. Orang sering mengatakan, 'Saya tidak memiliki kehidupan seks karena saya tidak memiliki pasangan.' Lupakan itu, dan lakukan hubungan seksual dengan dirimu sendiri," kata Louise Mazanti, seorang terapis seks yang berbasis di London.
"Ini tentang penggunaan pijat dan menyentuh jaringan sehingga menjadi hidup, darah mengalir, dan jaringan menjadi elastis. Ini benar-benar tentang melatih jaringan," sambungnya.
Mazanti juga mengatakan, kehilangan kemampuan untuk melakukan hubungan seks bukan hanya masalah fisik, namun bisa memiliki beberapa efek samping yang serius pada kesehatan mental seseorang.
Baca Juga: Lama Tak Bercinta, Ini yang Terjadi pada Vagina
"Bila kemampuan Anda berhubungan seks dan keinginan Anda untuk melakukan hubungan seks berkurang, itu adalah perubahan identitas yang besar. Anda mulai mempertanyakan 'Siapa saya sekarang jika saya bukan perempuan yang mengidamkan seksual?' Hal itu bisa menyebabkan depresi dan krisis identitas dan pertimbangan mendalam akan sifat eksistensial," tandasnya. (News)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Hubungan Darah Dony Oskaria dengan Nagita Slavina, Baru Ditunjuk Jadi Plt Menteri BUMN
-
Viral Gadis Unboxing Upah Motol Bawang, Dibayar Rp12 Ribu untuk 16 Kg, Tetap Bahagia dan Bersyukur
-
Furnitur Kayu Naik Kelas: Estetik, Berbudaya, dan Ramah Lingkungan
-
Apakah Yurike Sanger dan Soekarno Punya Anak? Ini Fakta Lengkap Hubungan Mereka
-
6 Fakta Kematian Remaja Perempuan di Mobil Tesla Milik Penyanyi D4vd
-
Profil dan Kekayaan Dony Oskaria, Ditunjuk Prabowo Jadi Plt Menteri BUMN
-
Ratu Tisha Anak Siapa? Dicopot Erick Thohir dari Komite PSSI
-
5 Krim Anti Aging Terbaik untuk Kulit Glowing dan Awet Muda, Wajib Dicoba!
-
Perjalanan Cinta Yurike Sanger dengan Soekarno, Istri Termuda Sang Proklamator
-
Moisturizer dan Krim Siang Apakah Sama? Simak Penjelasan Dokter biar Gak Salah