Suara.com - Gua Batu Hapu merupakan geosite yang ada di Geopark Meratus, Kalimantan Selatan. Situs geologi tersebut sampai saat ini masih terjaga eksistensinya hingga sekarang.
Akses masuk geosite sendiri menyerupai gerbang raksasa yang luas, dengan atap berhias stalaktit runcing ke bawah.
Sejak ditemukan 1970, eksistensi Gua Batu Hapu masih terjaga hingga sekarang. Banyak wisatawan berkunjung ke sana, baik sekadar rekreasi hingga melakukan penelitian
sejarah.
"Tidak hanya wisatawan, ada juga para mahasiswa pencinta alam bahkan peneliti datang ke sini," ujar pemandu wisata Gua Batu Hapu, Subianto, dikutip dari ANTARA.
Daya tarik Gua Batu Hapu adalah batuan karst yang berbentuk unik, yaitu stalaktit dan stalagmit yang terbentuk alami dengan proses yang sangat lama.
Selain memiliki ruang yang besar, keelokan Gua Batu Hapu adalah saat titik ray of light (rol) mendapatkan cahaya matahari di kisaran pukul 12.00-13.00 Wita yang memesona.
Di momentum tersebut, cahaya matahari yang masuk dari atas lubang gua, menembus kegelapan ruang hingga lantai gua.
Di dalam gua, ada infrastruktur tambahan yang dibangun pemerintah daerah berupa tangga, yang dapat memudahkan pengunjung menyeberangi cekungan di dalam gua.
Jika pengunjung ingin mendaki puncaknya, memerlukan waktu 30 menit, dengan medan jalur bebatuan karst. Dari atas Batu Hapu terlihat bentang Pegunungan Meratus yang menawan.
Baca Juga: Menparekraf Optimistis Ijen Banyuwangi Ditetapkan Jadi UNESCO Global Geopark
Wisata gua tersebut sudah ada sejak lama dan mulai dikunjungi orang sejak era transmigrasi penduduk Jawa pada tahun 1970-an. Hal itu juga yang memengaruhi nama gua, Batu Hapu artinya batu kapur.
Di sana terdapat tiga mulut gua, dengan di kelilingi pepohonan besar dan udara yang lebih segar dibandingkan dengan di Kota Banjarmasin.
Biaya masuk dipatok Rp5.000 di mana hasil retribusi tersebut akan dibagikan ke pemerintah daerah dan ke kas desa.
Gua Batu Hapu sendiri berada di Desa Batu Hapu, Kecamatan Hatungun, Kabupaten Tapin, jaraknya dari Kota Banjarmasin sekitar 200 km.
Secara umum, Kecamatan Hatungun merupakan dataran tinggi, rata-rata ketinggian dari 50- 500 meter di atas permukaan laut.
Berita Terkait
-
40 Desa di Kalimantan Selatan Teridentifikasi Rentan dan Sangat Rentan Kena Perubahan Iklim, Pernah Banjir Besar
-
Kasus Gratifikasi Pengalihan IUP Rp 27 Miliar, Eks Kadis ESDM Tanah Bumbu Dituntut 5 Tahun Penjara
-
Bejat! Pria di Kalimantan Selatan Setubuhi Remaja 12 Tahun hingga Tiga Kali, Orang Tua Korban Lapor ke Polisi
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
5 Body Lotion SPF Tinggi untuk Pria: Tidak Lengket, Cocok Buat Aktivitas Outdoor
-
5 Bedak Padat untuk Kulit Berminyak Usia 40 Tahun ke Atas, Ampuh Samarkan Garis Halus
-
7 Rekomendasi Sepatu Running Anak Lokal: Murah Kualitas Juara, Harga Mulai Rp100 Ribuan
-
5 Bedak Padat Wardah untuk Usia 30 Tahun ke Atas, Kulit Flawless Bebas Cakey
-
5 Cushion untuk Usia 50 Tahun yang Ramah Garis Penuaan
-
Anak Muda Indonesia Ini Tawarkan Model Bisnis Berbasis Kepercayaan dan Data
-
5 Shio Paling Beruntung dan Berlimpah Rezeki Besok 18 November 2025, Termasuk Kamu?
-
10 Bedak Padat untuk Tutupi Garis Penuaan Usia 50 Tahun ke Atas
-
Daftar Universitas dengan Jurusan IT Terbaik di Indonesia, PTN dan PTS
-
Dorongan Implementasi Bangunan Hijau untuk Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia