Suara.com - Sebanyak 40 desa di Kalimantan Selatan masuk kategori rentan dan sangat rentan terkena perubahan iklim. Bahkan di sana di antaranya pernah dilanda banjir besar.
Data itu dipastikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan Hanifah Dwi Nirwana.
Jumlah desa terdampak tersebut berdasarkan data dari Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Di Kalsel ada 40 desa sudah teridentifikasi rentan dan sangat rentan ," ujarnya, Selasa, usai acara peringatan Hari Lingkungan Hidup di Kalsel.
Pemprov Kalsel sudah membuat program untuk mitigasi sekaligus adaptasi bernama Sasangga Banua.
Sasangga Banua tersebut, menyasar semua desa yang terindikasi terdampak perubahan iklim.
Misinya agar desa-desa tersebut berketahanan iklim.
"Sasangga Banua kita pendekatan nya selain ke desa yang rentan dan sangat rentan, sasaran kepada desa penerimaan dampak paling hebat misalnya banjir pada 2021 lalu," jelasnya.
Langkah mitigasi dampak perubahan iklim lainnya, kata dia, yaitu program Revolusi Hijau yang dicetuskan pada 2017 lalu.
Baca Juga: Banjir Bandang Ciwidey Hancurkan Belasan Rumah Satu Jembatan Roboh
Program itu dipimpin Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, untuk gerakan penanaman pohon besar-besaran.
"Revolusi Hijau itu upaya strategis jangka panjang yang harus didukung oleh semua pihak. Seperti yang disampaikan gubernur, menanam, menanam dan menanam," ujarnya.
Di tengah isu perubahan iklim ini, Kalsel juga melakukan rehab daerah aliran sungai (DAS), kata dia, juga dibarengi dengan pembangunan infrastruktur ekologi.
Demi menjaga kualitas lingkungan hidup di Kalsel, kata Nirwana, perlu gerakan dari seluruh elemen, baik itu pemerintah, penggiat lingkungan dan juga masyarakat.
Terkait indiks kualitas lingkungan hidup yang dinilai secara nasional, kata dia, di Kalsel mengalami perkembangan yang baik, namun saat ini masih banyak yang perlu dikerjakan untuk lingkungan yang ideal.
"Indeks kualitas hidup di Kalsel masuk kategori 'baik'," ujarnya.
Berita Terkait
-
Menteri Hanif: RI Naik Pangkat, Resmi Pimpin 'Gudang Karbon Raksasa' Dunia
-
Peneliti: Pemanasan Arktik dan Antartika Bisa Picu Gelombang Penyakit di Dunia
-
Lonjakan Kasus Flu di Perkotaan, Benarkah Dipicu Perubahan Iklim?
-
Antisipasi Cuaca Ekstrem, Pemprov DKI Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca di Langit Banten
-
Gempur Titik Rawan Banjir, Pemkot Surabaya Siapkan Drainase Maksimal Jelang Musim Hujan
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Ada Siswa Dibully hingga Meninggal, Kepala Sekolah SMPN 19 Tangsel Didesak Mengundurkan Diri
-
Sepekan Pasca-Ledakan, SMAN 72 Jakarta Mulai Gelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
-
Celoteh Akademisi Soal MK: Penugasan Polisi Aktif ke Luar Instansi Dibolehkan, Kok Bisa?
-
Polda Metro Bentuk 'Polisi Siswa Keamanan', Apa Peran dan Tujuannya?
-
Kaesang Blak-blakan Target PSI di Pemilu 2029: Ini Momentum Pembuktian Kami!
-
Pegawai Bandara Soetta Dalangi Penipuan Lowongan Pilot, Raup Rp1,3 Miliar dari Korban
-
Mahfud MD: Utang Whoosh Wajib Dibayar, tapi Korupsi Harus Tetap Diusut KPK
-
PSI Tegaskan Posisi: Tetap Pro-Jokowi dan Siap Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Dasco: DPR Kaji Putusan MK soal Anggota Polri Tak Boleh Duduki Jabatan Sipil
-
Kontroversial! Mahasiswa Diskorsing Usai Rencanakan Diskusi 'Soeharto Bukan Pahlawan' di Kampus