Suara.com - Pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang sang anak. Namun, bagaimana jika orang tua menerapkan pola asuh strict parents yang tentu menganggu perkembangan anak?
Anak yang berprestasi, memiliki semangat tinggi, serta kepercayaan diri biasanya didasari oleh dukungan orang tua yang selalu mempercayai kemampuan sang anak.
Talenta anak yang berkembang juga seharusnya menjadi poin penting yang diperhatikan oleh setiap orang tua. Hal ini agar mereka mampu memahami kelebihan dan kekurangan sang anak.
Namun sebaliknya, apabila orang tua lebih sering melarang anaknya dalam mengembangkan talenta atau berkegiatan, itu bisa membuat sang anak merasa terkekang dan tidak percaya diri dalam melakukan banyak hal.
Pola asuh strict parents ini sangat lekat dengan budaya kita dan sering kita temui di lingkungan sekitar. Bahkan, banyak orang tua yang memilih mendidik dengan keras dan kasar sampai melukai fisik serta mental sang anak demi ego sendiri.
Lalu, apa sebenarnya yang mendasari orang tua menjadi strict parents? Simak selengkapnya.
1. Trauma masa lalu
Ada banyak alasan mengapa banyak orang tua yang memilih mengontrol anaknya secara berlebihan. Salah satunya adalah trauma di masa lalu.
Trauma ini biasanya berbentuk suatu kejadian buruk yang terjadi di masa lalu yang membuat orang tua tersebut tidak ingin mengalami kejadian yang sama. Seperti kehilangan anak, kesalahan pola asuh dari keluarga, hingga kebiasaan buruk mereka yang bisa terjadi di anak mereka.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Meletus Hingga Ketinggian 157 Meter, Status Siaga Level 3
2. Ketakutan yang berlebihan
Trauma di masa lalu ini juga membuat ketakutan secara emosional yang berlebihan. Bahkan, menurut sebuah riset dari ahaparenting.com, banyak orang tua yang merasa takut ketika anaknya memiliki kegiatan di luar rumah karena merasa keselamatan anaknya terancam.
Perasaan ini biasanya muncul karena adanya rasa tidak percaya terhadap anak dan lingkungannya, sehingga berakhir melarang anak untuk berkegiatan, walaupun kegiatan tersebut positif.
3. Budaya lingkungan
Alasan lain orang tua menjadi strict parents adalah budaya yang sudah mendarah daging. Kita mungkin sering mendengar statemen bahwa anak perempuan tidak boleh terlalu banyak di luar rumah karena akan dianggap sebagai perempuan yang "nakal".
Namun nyatanya, hal tersebut malah membatasi sang anak untuk berkembang dan merasa tidak didukung menjadi pribadi yang mandiri.
Budaya ini sering membuat anak memilih untuk mencari "jalan" agar bisa keluar dari rumah, seperti memilih untuk melanjutkan pendidikan yang jauh dari rumah bahkan nekat untuk kabur dari rumah.
4. Berharap anak jadi penurut
Walaupun pada hakikatnya orang tua memang bertugas mendidik anaknya, namun melarang anak-anak untuk punya kegiatan dengan harapan mereka menjadi penurut adalah kesalahan besar.
Justru, kontrol sang anak terhadap diri sendiri yang diambil oleh orang tua membuat sang anak makin takut untuk memilih jalan hidup mereka nantinya, bahkan menjadi terlalu bergantung dengan orang tua.
5. Merasa harus bisa menguasai anak
Masih banyak mindset orang tua yang merasa bisa menguasai sepenuhnya sang anak. Padahal pada usia tertentu, anak sudah perlu untuk diajarkan memilih apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai.
Mindset orang tua yang terlalu berobsesi agar bisa menguasai anaknya secara tidak langsung akan membuat sang anak sulit menentukan pilihan dan merasa tidak bebas dalam menjalani hidup mereka.
Apapun alasannya, orang tua tetap harus bisa menyeimbangkan antara ego sendiri dengan tumbuh kembang sang anak, agar tidak ada pihak yang merasa terlalu terkekang.
Kontributor : Dea Nabila
Berita Terkait
-
Gunung Anak Krakatau Meletus Hingga Ketinggian 157 Meter, Status Siaga Level 3
-
Masih Hirup Udara Bebas, 4 Fakta Penangkapan Anak Kiai Jombang yang Cabuli Santriwati
-
Yuk Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut Balita saat Masa Pandemi Covid-19
-
Sikap Polisi Kepada Anak Kiai Jombang Tersangka Kekerasan Seksual Dituding Terlalu Lunak, Hukum Seolah Jadi Lelucon
-
Duduk di Pinggir Jalan, Ayah dan Putrinya Berbagi Makan Semangkuk Bakso, Publik Sibuk Debatkan Hal ini
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Kenali Ciri-Ciri Adidas Samba KW, Jangan Tergiur Harga Bersahabat!
-
Keajaiban Musim Gugur Colorado: Petualangan Kereta Api yang Memukau Hati!
-
Decluttering Mission 2025, Astra Motor Yogyakarta Ajak Anak SMK 'Beresin' Lemari Jadi Cuan
-
Inovasi Dunia Skincare: Tren Riasan dan Fokus pada Perawatan Pria
-
8 Cara Jitu Bedakan Sepatu Vans Asli dan KW, Jangan Sampai Ketipu!
-
Zulhas Sebut Udang Terpapar Radioaktif Masih Aman Dikonsumsi, Padahal Ini Bahayanya...
-
Onitsuka Tiger Made in Indonesia Apakah Ori? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Tepuk Sakinah Wajib atau Tidak? Simak Penjelasan Pihak KUA
-
Apa Itu Cesium-137? Zat Radioaktif yang Ditemukan di Udang Cikande
-
Intip Jumlah Kekayaan Dedi Mulyadi, Dapat Peringatan dari Prabowo saat Akad Massal KPR