Suara.com - Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun di China, dipaksa oleh ibunya untuk mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang untuk mendapatkan cukup uang, agar bisa membayar kembali 20 yuan (Rp43 ribuan) yang dia curi dari neneknya.
Dilansir South China Morning Post, hal tersebut langsung menjadi perdebatan tentang pengasuhan yang keras. Awalnya, nenek dari anak laki-laki dari Xiamen di provinsi Fujian, China tenggara mengaku kehilangan uang di dompetnya.
Bocah yang tak disebutkan namanya itu pun mengaku bahwa dia yang telah mencuri uang tersebut dari dompet ketika neneknya tidak memperhatikan. Ketika ibunya, yang bermarga Meng, diberitahu tentang pencurian itu, dia memukuli anaknya dengan keras hingga pantatnya memar.
"Ini bukan pertama kalinya dia mencuri, kali ini saya juga memberinya pelajaran yang sulit," kata Meng kepada Radio dan Televisi Sichuan saat wawancara.
Ibunya mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mentolerir pencurian, dan ingin putranya tahu bahwa menghasilkan uang tidak pernah mudah.
Meng akhirnya memutuskan untuk membuat bocah itu mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang untuk mendapatkan uang sehingga dia dapat mengembalikan uang neneknya.
Kemudian pada hari yang sama, anak laki-laki itu, yang sudah mengenakan sarung tangan karet dan sandal, tiba di tempat pembuangan sampah setempat.
Setelah menghabiskan beberapa jam, bocah itu telah mengisi tas besar dengan barang-barang yang dapat didaur ulang termasuk botol, kotak, dan kertas.
Uang yang dia dapatkan dari sampah yang dia kumpulkan sepanjang malam hanya enam yuan (Rp13 ribuan), tapi saya yakin dia bisa belajar darinya,” kata Meng.
Baca Juga: Tolong Bapak-bapak yang Kehabisan Bensin, Endingnya Malah Plot Twist
Banyak warganet yang tahu cerita anak laki-laki itu memuji pendekatan pengasuhan ibunya yang keras.
Seseorang berkata, “Ibunya melakukan hal yang benar. Dia mengajari putranya bahwa kesalahan ada harganya.”
"Saya sangat mendukung pengasuhan Meng. Jika kita mentolerir pencuri, anak itu tidak akan berhenti mencuri," ujar ibu lain.
Dalam masyarakat China, pola asuh yang keras memamg dipandang sebagai cara untuk menginspirasi dan mendorong anak-anak menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Dari Tiket hingga Tawaf, Ini Cara Mempersiapkan Umrah dan Haji yang Lebih Praktis
-
5 Rekomendasi Krim Retinol di Apotek untuk Cegah Penuaan di Usia 40 Tahun
-
6 Rekomendasi Body Lotion Mengandung SPF untuk Memutihkan Kulit Usia 40 Tahun ke Atas
-
Hoki Asmara! 5 Zodiak Ini Bakal Temukan Cinta Sejati di Desember 2025
-
6 Shio Ini Bakal Dapat Keberuntungan Besar Besok 27 November 2025, Kamu Termasuk?
-
10 Sepatu Lari Diskon 50-70% di Sports Station: Adidas, Nike hingga New Balance
-
12 Rekomendasi Skincare dan Makeup, Cocok untuk Hadiah Natal
-
Surga Bawah Laut Lombok: Panduan Lengkap Snorkeling dan Diving
-
Kembali Mendominasi: Mengapa 'Lengan Besar' Jadi Tren Fashion Paling Dibicarakan Tahun Ini
-
5 Makanan Sehari-hari yang Bantu Samarkan Kerutan, Mudah Ditemukan di Dapur!