Suara.com - Pada hari Kamis di minggu kedua Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Penglihatan Sedunia. Mirisnya di 2050 mendatang diperkirakan 50 persen penduduk dunia akan mengalami rabun jauh alias miopia booming.
Fakta ini dibenarkan Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Mata Cicendo, dr. Sesy Caesarya, SpM(K) yang mengungkap adanya peningkatan kasus miopia pada anak. Kasus ini meningkat tiga kali lipat setelah pandemi Covid-19.
"Data tambahan penelitian di Indonesia terkait angka peningkatan ini memang belum ada multicenter. Namun untuk di Hongkong ini peningkatan pandemi dan setelah pandemi, dinyatakan anak 3 kali lipat lebih miopia, dan kalau dibiarkan seluruh penduduk dunia diperkirakan 50 persen akan jadi miopia atau mengancam miopia booming," ujar dr. Sesy dalam acara temu virtual bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) beberapa waktu lalu.
Miopia atau rabun jauh adalah gangguan mata yang menyebabkan objek yang jauh terlihat kabur, sedangkan objek yang dekat terlihat jelas. Miopia terjadi karena cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina, bukan tepat di retina.
Mantan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Dr. dr Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes menjelaskan kasus miopia pada anak meningkat disebabkan karena kegiatan belajar yang dilakukan dari jarak jauh, sehingga paparan gadget pada mata anak lebih tinggi.
"Jadi karena anaknya terus lihat dekat, maka munculah mata minus atau rabun jauh," jelas Dr. Feti.
Inilah sebabnya, kata dr. Sesy, salah satu cara mencegah miopia pada anak yaitu membiasakan anak bermain di luar rumah. Ini karena bermain di luar akan membuat pemandangan yang dilihat anak lebih luas, dibanding pemandangan di dalam rumah yang terbatas.
"Sering bermain di luar tujuannya kita melihat jauh. Sedangkan di dalam rumah bermain gadget pengelihatan dekat, itu jadi salah satu faktor pemicu miopia," papar dr. Sesy.
Di sisi lain, Refraksionis Optician Optik Kasoem, Arifiandi, Amd.RO mengatakan pemeriksaan mata anak sejak dini juga perlu dilakukan, mengingat anak-anak umumnya tidak menyadari mengalami miopia atau mata minus sejak dini.
Baca Juga: Ini Tips Pakai Softlens untuk Mata Minus Agar Tidak Gatal, Kemerahan dan Iritasi
"Anak-anak biasanya ada minus, kadang nggak merasakan, dia tidak tahu bahwa minus atau punya keluhan, padahal dia ngelihatnya buram, dia ngerasa wajar penglihatan seperti itu, padahal dia udah memiliki kelainan reflaksi," ungkap Arifiandi dalam acara Donasi 100 Kacamata Gratis untuk PPSU Ragunan oleh Optik Kasoem dan EssilorLuxottica pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Sayangnya, Arifiandi juga kerap mendapati orang tua yang tidak sadar kondisi anaknya memilki mata minus atau miopia. Hasilnya, jika dibiarkan atau tidak dikoreksi dengan penggunaan kacamata, maka bisa memicu ambliopia atau mata malas pada anak.
Jika sudah gitu, maka dinilai sudah terlambat dan sulit dikoreksi karena jalur saraf antara otak dan mata sudah berubah. Kondisi ini disebut ambliopia karena kelainan reflaksi. Meski tidak bisa diperbaiki, para refraksionis optician yang menerima catatan diagnosis dokter akan memberikan kacamata untuk membantu pasien.
"Dia harus diberikan kacamata dengan full koreksi atau memberikan ukuran maksimalnya dia. Walaupun tidak sampai paling bawah tapi dia maksimal begitu, dia harus tetap kasih. Ukurannya, misalnya dapatkan minus 4, itu kita berikan full koreksi silinder dan sebagainya, tapi monitoring," jelasnya.
Pentingnya menjaga kesehatan mata sejak dini perlu digalakan, mengingat penglihatan merupakan salah satu panca indera yang vital dan bisa mempengaruhi kualitas hidup sejak kecil hingga usia dewasa saat beraktivitas atau bekerja.
Bahkan kesehatan mata petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang perannya cukup vital tapi sering dipandang sebelah mata, juga perlu mendapatkan perhatian. Apalagi 'penjaga kebersihan kota' bekerja di bawah paparan matahari yang bisa merusak mata.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
5 Rekomendasi Sunscreen dengan Tekstur Gel: Ringan, Cepat Meresap, Perlindungan Maksimal
-
Kepedesan Makan Mi, Ahn Hyo Seop Bikin Histeris Fans
-
Cara Baru Manusia Hadapi Kecanggihan AI: Kuncinya Ada di Kolaborasi!
-
Prof. Elisabeth Rukmini: Menenun Sains, Makna, dan Masa Depan Perguruan Tinggi
-
Umrah Kini Bisa Mandiri, Segini Beda Harganya Dibanding Pakai Travel Agent
-
5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung Alpha Arbutin untuk Hempas Flek Hitam Membandel di Usia 40
-
4 Smartwatch untuk Wanita Tangan Besar, Fitur Lengkap dengan Pemantau Kesehatan dan GPS
-
7 Rekomendasi Lipstik untuk Bibir Hitam yang Aman dan Harga Terjangkau!
-
Cara Melakukan Umrah Mandiri, Segini Biayanya!
-
Apa Manfaat Budaya Makan Pakai Tangan Langsung? Viral Jadi Bahan Perdebatan di X