Suara.com - Ramai beredar dugaan bahwa sosok pemberi gelar Doktor kepada Raffi Ahmad beberapa waktu lalu adalah profesor palsu. Tudingan ini datang dari Andrew MacGregor Marshall, seorang jurnalis asal Skotlandia.
Melalui unggahannya di akun X @zenjournalist, Marshall menyebut bahwa sosok yang memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Raffi Ahmad itu adalah profesor palsu dan merupakan pria biasa asal Inggris.
"Ini adalah Broome, seorang pria tua Inggris yang tinggal di Phitsanulok. Ia berpura-pura menjadi profesor terhormat di universitas palsu bernama UIPM yang telah menimbulkan kontroversi dengan memberikan gelar doktor kehormatan kepada orang-orang seperti senator Thailand Keskamol Pleansamai dan selebritas Indonesia Raffi Ahmad," tulisnya dalam unggahan yang hingga saat ini sudah disukai oleh lebih dari 13 ribu warganet.
Marshall mengaku awalnya ia sedang menginvestigasi kampus UIPM yang dianggap sebagai perguruan tinggi palsu. Dan pada akhirnya, penelusuran itu menghubungkannya dengan seleb ternama Tanah Air, Raffi Ahmad.
Menanggapi tudingan tersebut, CEO UIPM Rantastia Nur Alangan pun angkat bicara. Dalam keterangannya, Rabu (6/11/2024), ia menunjukkan bukti profil lengkap partner kerjanya di kampus online UIPM, dan menyebut, "Yang berfoto bersama Raffi Ahmad itu Prof, Peter Phongphaew bukan Ian Broome. Salah besar itu!"
Menurut Rantastia, tuduhan negatif dari sang jurnalis sangatlah ngawur.
"Saya kenal dekat dan partner saya di UIPM Thailand," ujarnya, seraya menambahkan kalau Profesor Peter merupakan sosok yang dikagumi dan dihormati di kalangan akademisi.
Mengenai sosok Profesor Peter ini, diketahui ia adalah pria asli Jerman kelahiran 1956, merupakan akademisi yang memiliki pengalaman dan kontribusi panjang di berbagai bidang ilmu alam. Keahliannya di antaranya mencakup ilmu tanah, kehutanan, pertanian organik, hingga pengobatan herbal.
Tahun 2003, ia diketahui menerbitkan sebuah buku “The Commercial Woods of Africa" yang diterbitkan oleh Linden Publishing.
Baca Juga: Profil Andrew MacGregor Marshall: Jurnalis Asing yang Kritik Gelar Kehormatan Raffi Ahmad
Dalam akun LinkedIn-nya, tertulis bahwa ia merupakan seorang konsultan dengan spesialisasi dalam analisis tanah, regenerasi dan pemulihan tanah untuk semua tujuan penggunaan, ahli dalam pemulihan hutan hujan tropis dan hutan boreal, ahli dalam pengurangan risiko kebakaran hutan, ahli agroforestri, hingga berkecimpung dalam penelitian ganja medis.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
Rahasia Traveler Pro: Mengapa Swiss Army Knife Wajib Dibawa dalam Perjalanan!
-
5 Serum Wardah Terbaik untuk Atasi Flek Hitam, Bikin Wajah Cerah Merata
-
Jadi Gubernur Papua, Ini Profil Lengkap Mathius Fakhiri yang Perdana Menjajaki Dunia Politik
-
5 Moisturizer untuk Mengecilkan Pori-pori, Harga Murah Mulai Rp40 Ribuan
-
Kini Diangkat Jadi Wamendagri, Apa Hoegeng Awards yang Pernah Disabet Komjen (Purn) Akhmad Wiyagus?
-
Nadif Zahiruddin Kerja Apa? Diduga Gandengan Baru Azizah Salsha
-
Revolusi di Era Digital, Ketika Belanja Bahan Dapur Semudah Scroll di Ponsel
-
Bukan Kaleng-Kaleng! Intip Spesifikasi Jam Rolex Selvi Ananda yang Harganya Capai Rp750 Juta!
-
Berapa Lama Anies Baswedan Menjabat Mendikbud? Kritik Sistem Pendidikan Indonesia Sudah Kuno
-
Menuju Kecantikan Sempurna: 5 Tren Perawatan Kulit yang Mendominasi 2025