Suara.com - Film Merah Putih: One for All sempat digadang-gadang oleh sang kreator sebagai salah satu karya animasi Indonesia yang akan mengangkat semangat kemerdekaan dengan balutan kisah modern.
Namun, alih-alih menuai pujian, film ini justru menuai sorotan tajam. Di situs penilaian film internasional IMDb, Merah Putih: One for All hanya meraih rating 1.0 dari 10.
Rating ini sontak memicu kehebohan di kalangan penikmat film, baik dalam negeri maupun mancanegara.
Fenomena ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Bagaimana mungkin film yang digarap dengan dukungan promosi besar-besaran bisa jatuh ke titik terbawah dalam hal penilaian publik?
Apa saja faktor yang membuat penonton memberikan respons negatif hingga menekan tombol rating satu bintang tanpa ragu?
Kualitas Film Merah Putih: One for All
Tak hanya masalah kualitas film, aspek kontroversi seputar jalan cerita, eksekusi, hingga sentimen publik terhadap isu-isu tertentu yang dibawa film ini semakin memperkeruh situasi.
Salah satu alasan utama yang sering disebut penonton adalah kualitas cerita yang dianggap dangkal dan klise.
Alih-alih menghadirkan narasi baru tentang semangat kemerdekaan, film ini justru dianggap hanya mengulang pola lama dengan bumbu drama berlebihan. Banyak penonton merasa plotnya dipaksakan, dengan dialog yang kaku dan jauh dari realitas.
Baca Juga: Alasan Raffi Ahmad Tetap Dukung Film Kartun Merah Putih One For All: Saya Belum Nonton!
Dari sisi teknis, kritik juga diarahkan pada sinematografi dan efek visual yang dianggap kurang memadai untuk sebuah film dengan promosi besar.
Editing yang terburu-buru, alur yang lompat-lompat, serta penggunaan musik latar yang tidak konsisten membuat pengalaman menonton terasa membingungkan.
Tak sedikit pula penonton yang menyoroti kualitas akting para pemain. Beberapa aktor dinilai tidak mampu membawakan emosi yang kuat, sehingga momen dramatis yang seharusnya menggetarkan justru terasa hambar.
Hal ini semakin memperkuat persepsi bahwa film tersebut tidak sesuai ekspektasi besar yang dibangun sejak awal.
Selain masalah teknis dan cerita, kontroversi juga memainkan peran besar dalam jatuhnya rating film ini.
Beberapa adegan dinilai menyinggung isu-isu sensitif, termasuk penggambaran tokoh sejarah yang dianggap tidak akurat dan cenderung menyepelekan nilai-nilai perjuangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
Terkini
-
5 Serum Retinol untuk Mengatasi Tanda Penuaan seperti Garis Halus dan Kerutan
-
Apakah 24 Desember Cuti Bersama? Ini Keputusan Resmi SKB 3 Menteri Terbaru
-
Reopening di Palembang: Intip Desain Baru Andrew Shoes yang 'Urban' dan Koleksi Tas Serbaguna
-
5 Rekomendasi Sepatu Running Lokal untuk Berbagai Medan, Harganya Mulai dari Rp300 Ribuan!
-
3 Contoh Surat Rekomendasi Petugas Haji dan Langkah Jitu Lolos Seleksi PPIH
-
5 Sunscreen untuk Mencegah Sunburn, Murah Meriah Mulai Rp30 Ribuan
-
2 Cara Cek Nama Penerima Bansos 2025 via HP: Cuma Pakai KTP, Dana Rp900 Ribu Siap Dicairkan
-
Bingung Pilihanmu Pas atau Tidak? Ini Ciri-Ciri Sunscreen Cocok di Kulit
-
5 Potret Wardatina Mawa, Pelapor Dugaan Perselingkuhan Inara Rusli
-
Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!