- Anggota DPR RI mengkriitik seleksi LPDP karena dinilai terlalu rumit, kurang transparan, dan tidak memprioritaskan masyarakat miskin.
- Persyaratan beasiswa dianggap berbelit dan data penerima kurang terbuka, sehingga menimbulkan kesan eksklusif.
- DPR mendorong LPDP menyederhanakan proses seleksi, meningkatkan transparansi, berpihak pada warga tidak mampu
Suara.com - Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) selama ini dikenal sebagai salah satu program beasiswa paling bergengsi di Indonesia. Ribuan mahasiswa berprestasi dari dalam maupun luar negeri bersaing ketat untuk mendapatkan beasiswa ini.
Namun, di balik citranya sebagai penyedia kesempatan emas bagi anak bangsa, LPDP tak luput dari kritik, termasuk dari anggota DPR RI Primus Yustisio.
Dalam rapat dengar pendapat Komisi XI DPR dengan eselon I Kementerian Keuangan, Kamis (11/9/2025), ia menyoroti sejumlah persoalan yang menurutnya perlu segera dibenahi agar beasiswa LPDP benar-benar tepat sasaran.
Lalu, apa saja kritik yang disampaikan Primus? Simak inilah selengkapnya.
1. Seleksi LPDP Dinilai Terlalu Rumit dan Harus Disederhanakan
Primus menilai bahwa proses seleksi LPDP yang ada saat ini terlalu berlapis dan menyulitkan banyak calon pendaftar.
Menurutnya, LPDP seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek akademik atau administratif semata, tetapi juga membuka akses lebih luas bagi masyarakat dengan latar belakang ekonomi lemah.
Ia mendorong agar seleksi dirancang lebih sederhana tanpa mengurangi kualitas penerima. Dengan begitu, beasiswa tidak hanya bisa diraih oleh mereka yang sudah memiliki akses dan fasilitas memadai, tetapi juga oleh anak-anak muda dari daerah yang berpotensi besar namun terbatas secara ekonomi.
2. Persyaratan Dinilai Berbelit dan Kurang Terbuka
Baca Juga: Kriteria Penerima KIP Kuliah 2025: Ini Syarat, Jadwal, dan Tata Cara Pendaftaran
Selain seleksi yang rumit, Primus juga menyoroti persyaratan pendaftaran LPDP yang dianggap terlalu banyak dan kadang tidak jelas. Beberapa calon pendaftar merasa bingung karena kriteria yang berubah-ubah, ditambah dengan proses administrasi yang panjang.
Hal ini menurutnya bisa menimbulkan kesan eksklusif, seolah LPDP hanya diperuntukkan bagi kelompok tertentu.
Kritik ini berangkat dari harapan agar beasiswa tersebut bisa menjadi instrumen pemerataan pendidikan, bukan sekadar kompetisi yang menyulitkan bagi masyarakat menengah ke bawah.
3. Transparansi Data Penerima Dipertanyakan
Isu lain yang diangkat Primus adalah kurangnya keterbukaan dalam publikasi data penerima beasiswa. Ia menilai masyarakat seharusnya bisa mengakses data secara terbuka mengenai siapa saja yang mendapatkan beasiswa, dari latar belakang mana, serta jurusan apa yang diambil.
Keterbukaan data ini penting untuk menjaga akuntabilitas dan memastikan bahwa dana negara yang jumlahnya sangat besar benar-benar digunakan untuk tujuan yang tepat.
Dengan transparansi, publik bisa menilai apakah LPDP sudah berhasil membantu kelompok yang benar-benar membutuhkan atau justru masih terpusat pada kalangan tertentu.
4. Kisah Keponakan yang Sempat Gagal Mendapatkan LPDP
Dalam kritiknya, Primus juga menyinggung pengalaman pribadi yang dialami keponakannya. Sang keponakan sempat mengajukan beasiswa LPDP, namun mengalami kesulitan hingga akhirnya tidak berhasil mendapatkan bantuan tersebut.
Menariknya, keponakan Primus kemudian justru mendapatkan tawaran beasiswa dari Belanda. Kisah ini menjadi sorotan karena memperlihatkan bahwa talenta muda Indonesia yang layak justru bisa lebih dihargai oleh lembaga luar negeri dibandingkan program dalam negeri. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai standar seleksi LPDP dan seberapa adil prosesnya.
5. Dorongan untuk Inovasi Skema Beasiswa
Primus tidak hanya berhenti pada kritik, tetapi juga memberikan masukan agar LPDP membuat terobosan baru dalam skema beasiswa.
Menurutnya, inovasi penting dilakukan untuk memperluas akses, memperbaiki proses seleksi, serta menyesuaikan program dengan kebutuhan nyata generasi muda Indonesia.
Ia menyarankan adanya kategori beasiswa khusus bagi masyarakat miskin, skema afirmasi untuk daerah tertinggal, hingga jalur cepat bagi mereka yang memiliki prestasi luar biasa di bidang tertentu.
Dengan langkah-langkah tersebut, beasiswa LPDP dapat benar-benar menjelma sebagai instrumen pembangunan sumber daya manusia, bukan hanya sekadar simbol prestise akademik.
Kontributor : Dea Nabila
Berita Terkait
-
Intip 13 Properti Eko Patrio di LHKPN yang Tembus Rp166 M, Pilih Ngontrak usai Rumah Dijarah
-
Rumah Ludes Dijarah, Eko Patrio Kini Ngontrak dan Bantah Kabur ke Luar Negeri
-
Primus Yustisio Bongkar Kejanggalan Penerimaan Beasiswa LPDP, Tak Takut Diserang Buzzer
-
Prabowo Geser Jenderal Listyo Sigit? DPR Bantah Terima Surpres Pergantian Kapolri
-
Tamparan Bagi Penguasa yang Sakiti Rakyat, Tantowi Yahya usai Keponakan Prabowo Mundur DPR: Salut!
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Berapa Gaji PPPK Lulusan S1, Beneran Beda dengan Lulusan D3?
-
Kumpulan Prompt Gemini AI Edit Foto Bareng Pasangan, Obat Rindu untuk Pejuang LDR
-
Terpopuler: Gaji PMO Koperasi Merah Putih hingga Biaya Berobat di Mount Elizabeth
-
Hari Literasi Internasional: Gubernur Jakarta Ajak Anak-Anak Cinta Membaca Sejak Dini
-
Intip 13 Properti Eko Patrio di LHKPN yang Tembus Rp166 M, Pilih Ngontrak usai Rumah Dijarah
-
5 Artis Berobat di Mount Elizabeth Singapura, Ada yang Bayar Rp195 Juta per Malam!
-
Menteri Ekonomi Kreatif: Dukungan Swasta Vital untuk Industri Kreatif Indonesia Go Global!
-
8 Website Edit Foto AI Gratis Selain Gemini, Gak Perlu Repot-Repot Instal Aplikasi
-
Ramalan Zodiak Minggu Ini untuk Elemen Air: Cancer, Scorpio, dan Pisces
-
Apakah Ada Penebalan Bansos Tahap 3 2025? Ini Keputusan Resminya