Lifestyle / Food & Travel
Sabtu, 20 September 2025 | 10:52 WIB
Ilustrasi Croissant [pixels]

Suara.com - Croissant mendadak menjadi tren kuliner di New York setelah video makanan di TikTok menarik jutaan penonton dan memicu antrean panjang di berbagai restoran.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial kini membentuk selera masyarakat dan mendongkrak popularitas bisnis kuliner di era digital.

Dilansir dari CNN, Restoran Lafayette menjadi contoh paling menonjol dalam kebangkitan croissant ini. Suprême Croissant batan mereka langsung viral dan habis terjual dalam sehari setelah videonya ditonton lebih dari 10 juta kali di TikTok.

Stok langsung habis, dan antrean terbentuk sejak pagi,” ujar Pastry Chef Scott Cioe.

Kesuksesan Lafayette tidak hanya terletak pada rasa, tetapi juga pada daya tarik visual dari produk mereka, yang sangat cocok untuk dibagikan di media sosial.

Dampak serupa dirasakan Mei Lai Wah, sebuah toko roti China yang telah beroperasi selama tiga generasi.

Pemiliknya, Ben Chen, menyatakan bahwa TikTok telah membantu mereka dikenal secara global tanpa perlu mengeluarkan biaya besar untuk iklan.

Sebelumnya, kami hanya dikenal di kalangan lokal, tetapi sekarang banyak orang dari luar kota yang datang untuk mencicipi produk kami,” katanya.

Dengan fokus pada kualitas dan pelayanan, Mei Lai Wah tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti meskipun mendapatkan popularitas yang luar biasa.

Baca Juga: Siapa Ayah Ryu Kintaro? Bocah Viral Gegara Konten Hidup Sebagai Perintis

Arthur & Sons, restoran Italia milik Joe Isidori, juga mengalami lonjakan pengunjung setelah video resep saus tomat mereka viral di platform yang sama.

Resep yang dibagikan membawa pengunjung dari berbagai penjuru, menunjukkan bahwa konten kuliner yang menarik dapat menghasilkan dampak yang besar.

Kami tidak menyangka akan secepat ini. Dalam waktu singkat, kami harus menambah kapasitas restoran,” ungkap Isidori.

Tidak hanya restoran besar, usaha kecil pun merasakan manfaat dari tren ini.

Sunday Morning, sebuah toko roti yang terletak di East Village, membangun antusiasme pelanggan bahkan sebelum pembukaannya berkat unggahan di TikTok.

Co-owner Ahmet Kiranbay mengatakan, “Platform ini membawa kami ke level berbeda.”

Mereka menggunakan media sosial untuk menciptakan buzz dan menarik minat calon pelanggan jauh sebelum produk mereka tersedia.

Namun, meski viral di TikTok memberi keuntungan instan, para pemilik restoran menegaskan bahwa kualitas makanan dan layanan tetap menjadi kunci untuk mempertahankan pelanggan.

Mereka menyadari bahwa ketenaran yang datang dengan cepat tidak selalu menjamin keberlangsungan bisnis.

Popularitas hanya awal, sisanya ditentukan oleh rasa dan pelayanan,” tambah Cioe, menggarisbawahi pentingnya kualitas dalam setiap aspek operasional.

Para pemilik restoran memahami bahwa untuk tetap relevan di pasar yang kompetitif, menjaga standar yang tinggi dalam setiap hidangan yang disajikan adalah suatu keharusan.

Kebangkitan croissant di New York ini bukan sekadar tren sementara, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam cara orang berinteraksi dengan makanan.

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen kini lebih memperhatikan pengalaman kuliner yang mereka dapatkan, bukan hanya sekedar rasa.

Media sosial, terutama TikTok, telah memberikan platform yang kuat bagi restoran dan toko roti untuk menunjukkan kreativitas mereka.

Dengan memanfaatkan visual yang menarik dan konten yang menghibur, mereka dapat menarik perhatian lebih banyak orang dan membangun komunitas penggemar yang setia.

Dengan demikian, di dunia kuliner modern, kualitas dan inovasi harus berjalan seiring untuk menciptakan pengalaman yang memuaskan dan berkesan bagi para pelanggan.

Restoran yang mampu menggabungkan kedua aspek ini akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang dalam industri yang terus berubah. 

Kontributor : Laili Nur Fajar Firdayanti

Load More