Lifestyle / Female
Kamis, 25 September 2025 | 14:50 WIB
Sparks Fashion Academy Gandeng UMKM: Lahirkan Fashionpreneur Muda & Dorong Ekonomi Kreatif (Dok. Istimewa)
Baca 10 detik
  • SFA merayakan 12 tahun dengan tema The Urban Ethnology di Fashion Nation menampilkan karya desainer, siswa, dan UMKM.
  • Floery D. Mustika menegaskan visi SFA melahirkan fashionpreneur dan memperkuat UMKM bersama YDBA.
  • Koleksi Laila Ghani dan Berto Yosua jadi sorotan, menegaskan arah SFA pada mode berkelanjutan.

Suara.com - Dunia fashion Indonesia kembali mencatat tonggak penting dengan perayaan 12 tahun Sparks Fashion Academy (SFA), salah satu institusi pendidikan mode terdepan di Tanah Air. 

Mengusung tema “The Urban Ethnology”, puncak perayaan digelar di panggung Fashion Nation, Senayan City, menampilkan karya-karya eksklusif dari desainer alumni, siswa, hingga UMKM binaan Yayasan Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Sejak awal berdiri, SFA konsisten dengan visinya “Turning Fashion into Business” yang tidak hanya melahirkan talenta kreatif, tetapi juga mendorong inovasi, keberlanjutan, dan pemberdayaan pelaku industri mode

Founder & CEO Sparks Fashion Academy, Floery D. Mustika, menegaskan bahwa perayaan kali ini adalah momentum revolusi besar bagi SFA.

“Fashion bukan hanya tentang tren. Ini adalah cara kita mengekspresikan nilai, budaya, dan masa depan. Di usia 12 tahun ini, kami tidak hanya menyediakan venue terbaru untuk pembelajaran, tetapi juga menghadirkan program-program yang relevan dengan tantangan industri fashion saat ini,” ujar Floery.

Kolaborasi dengan YDBA memberi warna tersendiri. Yayasan yang selama ini fokus mendampingi UMKM melihat potensi besar dari sektor mode untuk menciptakan wirausaha baru dan lapangan kerja.

“Melalui sinergi bersama Sparks Fashion Academy, kami berharap UMKM binaan mampu mengembangkan keterampilan desain, memperkuat identitas brand, dan siap bersaing di pasar ritel. Sektor mode bukan hanya menumbuhkan wirausaha baru, tetapi juga meningkatkan daya saing global ekonomi kreatif Indonesia,” jelas Ema Poedjiwati, Sekretaris Pengurus YDBA.

Acara The Urban Ethnology sendiri menggabungkan lintas era – masa lalu, kini, dan masa depan – dalam eksplorasi busana modern yang terinspirasi kekayaan budaya tradisional serta sentuhan teknologi. 

Koleksi yang dipamerkan terbagi dalam beberapa sequence, mulai dari Emerging Brand, Urban Future, The New Wave, hingga karya UMKM binaan YDBA yang menampilkan konsep sustainable fashion.

Baca Juga: Pastel Paradise: Koleksi Gingersnaps yang Bikin Anak Bebas Bergerak, Tetap Rapi dan Percaya Diri!

Beberapa desainer turut mencuri perhatian, seperti Laila Ghani dengan koleksi Laila Ghani Luxuris yang menghadirkan busana muslim elegan dengan palet emas, navy, dan broken white, serta detail bordir dan digital printing.

“Koleksi ini bisa dipakai sehari-hari sekaligus cocok untuk evening gown. Saya ingin wanita Indonesia tetap percaya diri, tampil elegan, dan fleksibel di berbagai kesempatan,” ungkap Laila.

Sementara itu, Berto Yosua menampilkan karya multifungsi berbahan denim dalam nuansa biru, abu-abu, dan biru tua. Ia menggandeng Miss Grand Indonesia 2025 sebagai muse.

“Saya ingin karya ini fungsional, bisa dipakai di berbagai kesempatan, tetapi tetap menghadirkan kesan seksi, feminin, dan menyenangkan. Koleksi ini saya persiapkan sekitar satu bulan, dengan tujuan menginspirasi banyak orang sekaligus mengarah pada pengembangan bisnis berkelanjutan,” kata Berto.

Dengan kehadiran para desainer, siswa SFA, serta UMKM binaan, perayaan 12 tahun ini tidak hanya menjadi panggung selebrasi, melainkan juga refleksi perjalanan SFA dalam mencetak fashionpreneur muda, memperkuat ekosistem mode berkelanjutan, sekaligus mendorong inklusivitas industri kreatif Indonesia.

Load More