Suara.com - Sebuah polemik menarik muncul di Kota Serang, Banten, ketika sejumlah wali murid Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Izzah secara kompak menyatakan penolakan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah.
Penolakan ini bukan hanya soal makanan, melainkan juga menyangkut keberadaan dapur distribusi (SPPG) di lingkungan sekolah.
Sikap ini memicu pertanyaan tentang hak warga untuk menolak program pemerintah dan bagaimana program bantuan sosial seharusnya dijalankan agar tepat sasaran.
5 Fakta Utama Penolakan Wali Murid SDIT Al Izzah
Berikut adalah rangkuman lima fakta kunci di balik penolakan wali murid SDIT Al Izzah terhadap program MBG:
1. Alasan Ekonomi Jadi Pertimbangan Utama
Inti penolakan ini adalah pertimbangan kemampuan ekonomi. Wali murid menilai bahwa mayoritas siswa SDIT Al Izzah berasal dari keluarga mampu.
Sekolah ini memiliki Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan biaya masuk yang tergolong besar, bahkan mencapai belasan juta rupiah.
Menurut Baim Aji, perwakilan wali murid, jika mereka sudah mampu membiayai pendidikan dan gizi anak, program MBG seharusnya dialihkan ke sekolah yang siswanya lebih membutuhkan.
Baca Juga: Ahli UGM Kritik MBG di Sidang MK: Kenapa Bukan Pendidikan Gratis untuk Seluruh Warga hingga Kuliah?
2. Mereka Minta MBG Dialihkan ke Sekolah yang Lebih Membutuhkan
Wali murid bukan menolak programnya secara keseluruhan, tetapi mereka meminta agar fokus implementasi MBG dialihkan ke sekolah negeri atau sekolah swasta kecil yang siswanya berasal dari keluarga kurang mampu.
Logikanya, program ini akan jauh lebih tepat sasaran dan memberikan dampak gizi yang signifikan bagi anak-anak yang benar-benar kesulitan mendapatkan asupan gizi seimbang setiap hari.
3. Penolakan Meluas Hingga ke Pembangunan Dapur MBG (SPPG)
Penolakan tidak berhenti pada konsumsi makanan gratis, tetapi juga mencakup rencana pembangunan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di dalam lingkungan yayasan sekolah.
Wali murid khawatir keberadaan dapur ini akan menimbulkan masalah baru, seperti potensi bau, sampah, dan mengganggu aktivitas belajar. Mereka merasa fasilitas sekolah akan menjadi sempit dan mengganggu kenyamanan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
25 Ucapan Tahun Baru 2026 yang Islami, Penuh Harapan dan Doa Baik
-
Bus Tingkat Jadi Tren Baru Liburan Jarak Jauh yang Lebih Mewah
-
Awali 2026 Lebih Sehat dan Cantik, Watsons Hadirkan Diskon Besar di Promo 1.1 New Year New Me
-
Akhir Tahun! Ini 6 Shio Paling Hoki pada 31 Desember 2025
-
9 Link Twibbon Tahun Baru 2026: Penuh Warna hingga Minimalis Elegan Semua Ada
-
Bukan Lagi Sekadar Penjaga Anak: Inilah Standar Baru Menjadi "Nanny Premium" di Ibu Kota
-
Siap Jadi Pengusaha, Begini Cara Memoles UMKM Jadi Bisnis Profesional dan Berkelanjutan
-
Promo Kereta Cepat Whoosh Selama Libur Tahun Baru 2026
-
4 Face Mist untuk Kulit Berminyak agar Bebas Kilap Saat Liburan Akhir Tahun
-
5 Face Mist untuk Kulit Kering Agar Tetap Glowing saat Liburan Akhir Tahun