Lifestyle / Female
Minggu, 05 Oktober 2025 | 16:14 WIB
Acara Tedhak Siten Bebingah. (Instagram/@erinagudono)
Baca 10 detik
  • Kaesang Pangarep dan Erina Gudono menggelar Tedhak Siten untuk putri mereka, Bebingah Sang Tansahayu pada Agustus 2025.
  • Lebih dari sekadar perayaan, Tedhak Siten memiliki makna mendalam.
  • Tradisi ini umumnya dilakukan saat bayi berusia tujuh lapan kalender Jawa.

Suara.com - Erina Gudono baru saja mengunggah berbagai momen prosesi Tedhak Siten putri pertamanya dengan Kaesang Pangarep, Bebingah Sang Tansahayu pada Minggu (5/10/2025).

Diunggah lewat Instagram, dalam momen sakral tersebut Kaesang dan Erina tampil serasi mengenakan busana adat Jawa bernuansa ungu. Busana itu lantas dipadukan dengan kain batik kembar, menambah kekhidmatan suasana.

Acara ini turut dihadiri oleh keluarga besar, termasuk Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana, yang tampak bahagia menyaksikan cucu bungsu mereka menjalani prosesi "turun tanah" yang sarat makna.

Upacara "turun tanah" ini merupakan salah satu tradisi warisan leluhur yang hingga kini terus dilestarikan. Namun, pada usia berapakah sebenarnya Tedhak Siten ini idealnya dilaksanakan?

Usia Berapa Bayi Melakukan Tedhak Siten?

Melansir dari laman Kemendikdasmen, Secara tradisional, Tedhak Siten dilakukan saat bayi berusia tujuh lapan kalender Jawa.

Istilah "selapan" merujuk pada periode 35 hari, sehingga tujuh lapan berarti 7 x 35 hari, atau sekitar 245 hari. Apabila dikonversi ke kalender Masehi, usia ini setara dengan sekitar 7 hingga 8 bulan.

Acara Tedhak Siten Bebingah. (Instagram/@erinagudono)

Pemilihan usia ini bukan tanpa alasan. Pada rentang usia 7-8 bulan, bayi umumnya mulai memasuki fase krusial dalam perkembangannya.

Mereka mulai belajar duduk, merangkak, berdiri, bahkan sudah mulai mencoba menapakkan kakinya ke tanah untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Erina Gudono Panen Hujatan Usai Ikut Gerakan Pink Hijau: Lo Targetnya!

Momen inilah yang menjadi dasar filosofi Tedhak Siten, di mana anak secara simbolis diperkenalkan dengan bumi sebagai tempatnya berpijak dan memulai kehidupan.

Filosofi Tedhak Siten

Nama "Tedhak Siten" sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu "tedhak" yang berarti "menapakkan kaki" atau "turun", dan "siten" yang berasal dari kata "siti" yang berarti "bumi" atau "tanah".

Oleh karena itu, Tedhak Siten dimaknai sebagai upacara menapakkan kaki ke tanah untuk pertama kalinya.

Lebih dari sekadar perayaan, Tedhak Siten adalah wujud rasa syukur orang tua kepada Tuhan atas anugerah anak serta memanjatkan doa dan harapan agar sang anak kelak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan berguna.

Rangkaian kegiatan Tedhak Siten sangat kaya akan simbolisme, antara lain:

Load More