Lifestyle / Komunitas
Senin, 13 Oktober 2025 | 14:37 WIB
Ilustrasi kereta cepat Whoosh [BRI]
Baca 10 detik
  • Utang Whoosh mencapai Rp 116 triliun.
  • Pemerintah menolak gunakan APBN untuk menutupnya.
  • Menkeu Purbaya meminta BPI Danantara yang membayar sebagai penanggungjawabnya.

Suara.com - Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kembali jadi sorotan publik. Kali ini bukan soal kecepatannya yang menembus 350 km/jam, melainkan soal utang jumbo yang membiayai megaproyek transportasi pertama di Asia Tenggara itu.

Menurut berbagai laporan, total utang proyek Whoosh kini mencapai sekitar USD 7,2 miliar atau setara Rp 116 triliun. Angka tersebut termasuk pembengkakan biaya atau cost overrun dari rencana awal yang hanya sekitar USD 6,07 miliar.

Utang Membengkak hingga Rp 116 Triliun

Data dari berbagai sumber menyebut, 75 persen pembiayaan proyek Whoosh berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB).

Sisanya ditanggung konsorsium BUMN Indonesia melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang menaungi PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China).

Pinjaman tersebut dibebani bunga sekitar 3,5–4 persen per tahun, dengan beban bunga tahunan yang ditaksir mencapai Rp 2 triliun. Artinya, sebelum mampu menutup pokok utang, KCIC sudah harus menanggung cicilan bunga fantastis setiap tahunnya.

Tak hanya itu, laporan keuangan PSBI menunjukkan kerugian hingga Rp 4,1 triliun pada 2024, yang kembali bertambah menjadi Rp 1,6 triliun pada semester I 2025. Hal ini menandakan proyek masih jauh dari titik impas, sementara kewajiban utang terus berjalan.

Purbaya Tolak Bayar Pakai APBN

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak untuk membayari utang Whoosh menggunakan APBN. Ia menyebut, utang KCIC itu merupakan tanggung jawab Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.

Baca Juga: Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara

"Utang KCIC dibiayai APBN, saya belum dihubungi untuk masalah itu. Nanti begitu ada, saya jumpa pers mingguan. Saya kasih tahu updatenya seperti apa," kata Purbaya pada Jumat (10 Oktober 2025).

"Yang jelas sekarang saya belum dihubungi tentang masalah itu. Tapi kalau ini kan di bawah Danantara kan ya. Kalau di bawah Danantara kan mereka sudah punya manajemen sendiri. Sudah punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa Rp80 triliun lebih," ujar Purbaya.

Menurut Purbaya, proyek Whoosh adalah kerja sama bisnis antara BUMN Indonesia dan mitra Tiongkok, bukan proyek pemerintah yang bersumber langsung dari anggaran negara.

"Harusnya mereka manage dari situ, jangan ke kita (pemerintah) lagi," kata Purbaya.

"Jangan kalau enak swasta, kalau enggak enak government," pungkasnya.

Load More