Suara.com - Kudeta yang dilakukan militer Thailand menuai pro dan kontra di kalangan media dan juga warga. Sebagian besar awak media menentang sensor besar-besaran yang dilakukan militer menyusul kudeta. Namun, ada pula warga yang mendukung kudeta dan berbagai kebijakan yang menyusul sesudahnya.
Pascakudeta, militer Thailand melarang televisi bersiaran. Jika bersiaran sekalipun, semua televisi hanya boleh menayangkan konten militer, seperti lagu-lagu bertemakan militer. Hal tersebut menuai protes dari banyak pihak. Sebagian besar protes dilayangkan lewat media sosial, yang masih diperbolehkan digunakan.
"Karena Anda mereformasi politik, Anda juga harus mereformasi musik Anda," tulis seorang pengguna Facebook.
Tak cuma itu, militer juga mengawasi peredaran media di negeri gajah putih tersebut. Militer punya otoritas untuk melarang publikasi, distribusi, dan penjualan media yang dinilai berbau provokasi.
Media cetak juga menjadi sasaran sensor. Kinokuniya, sebuah toko buku di Bangkok, mengaku telah menerima perintah untuk tidak lagi memajang delapan judul buku di rak mereka. Beberapa di antaranya merupakan buku yang memuat tulisan mengenai perpecahan politik di Thailand.
Aktivitas di media sosial juga dibatasi. Warga Thailand diperingatkan untuk tidak melakukan penghasutan atau apapun yang membuat situasi memburuk melalui media sosial. Militer bahkan membentuk sebuah unit khusus untuk mengawasi aktivitas warga Thailand di media sosial. Kendati demikian, militer tidak memblokir layanan Twitter dan Facebook. Tagar #ThailandCoup dan #ThaiCoup menjadi trending topic di antara warga untuk berbagi perkembangan terbaru di dalam negeri.
Namun, tidak semua menentang kudeta militer. Sejumlah warga justru memandang apa yang dilakukan militer adalah langkah tepat.
"Jika militer tidak melakukan ini (kudeta), masalah Thailand akan berlarut-larut. Teman-teman dan saya menyambut baik berita (kudeta) dan turut menyanyikan lagu-lagu militer yang ditayangkan di televisi," kata Narissa Longsiri, seorang pekerja kantoran di Bangkok.
Narissa merupakan salah satu peserta demonstrasi anti-pemerintah. (Reuters/Newser)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Geger Ijazah Arsul Sani, Komisi III DPR Merasa Jadi Kambing Hitam: Kami Tak Punya Kemampuan Forensik
-
Ribuan Buruh Geruduk Balai Kota, Desak UMP DKI 2026 Naik Jadi Rp6 Juta
-
Pelat Nomor Ditutup Jadi Target Khusus Operasi Zebra, Polda Metro: Biasanya Pelaku Kejahatan!
-
Maraton Lakukan Penggeledahan Kasus Ponorogo, KPK Sita 24 Sepeda hingga Mobil Rubicon dan BMW
-
Operasi Zebra Berlaku Hari Ini: e-TLE Mobile Siap Buru 11 Pelanggar Lalu Lintas Berikut!
-
Ada Siswa Dibully hingga Meninggal, Kepala Sekolah SMPN 19 Tangsel Didesak Mengundurkan Diri
-
Sepekan Pasca-Ledakan, SMAN 72 Jakarta Mulai Gelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
-
Celoteh Akademisi Soal MK: Penugasan Polisi Aktif ke Luar Instansi Dibolehkan, Kok Bisa?
-
Polda Metro Bentuk 'Polisi Siswa Keamanan', Apa Peran dan Tujuannya?
-
Kaesang Blak-blakan Target PSI di Pemilu 2029: Ini Momentum Pembuktian Kami!