Suara.com - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengatakan koalisi permanen tidak akan pernah berjalan di sistem presidensiil seperti yang dianut Indonesia saat ini. Model seperti itu, katanya, hanya mungkin diterapkan di sistem parlementer karena jatuh bangunnya pemerintah ditentukan oleh parlemen berdasar isu-isu yang berkembang.
"Di sistem presidensiil, pergantian presiden lima tahunan. Jadi, isu-isu akan dikanalasisasi di hak angket, bertanya, menyatakan pendapat. Ketidakefektifan tersebut bisa dilihat di sekgab, bagaimana koalisi akan mencair karena kepentingan subyektif parpol-parpol," kata Eva kepada suara.com, Selasa (15/7/2014).
Eva menambahkan, pelembagaan koalisi di Senayan tidak searah dengan komitmen penguatan praktik-praktik sistem presidensiil karena pada hakikatnya tidak ada oposisi.
PDI Perjuangan, lanjut Eva, bersikap oposisi secara individu dan tidak membangun blok di DPR dengan sesama oposisi, Partai Gerindra dan Partai Hanura.
"Blocking tidak permanen, tapi berdasar isu karena kami menghormati nilai-nilai konstitusi untuk mengembangkan gotong royong, persatuan bangsa dan tentu pro rakyat," kata Eva.
"Kabinet SBY yang pro rakyat tidak kita tentang, tapi jika merugikan, kita protes. Jadi oposisinya konstruktif dan bukan blok atau permanen," Eva menambahkan.
Oposisi PDI Perjuangan, kata Eva, sebatas pada konsep memilih berada di luar pemerintahan, bukan melawan pemerintah secara permanen. Amanat politisi, Eva menambahkan, adalah kesejahteraan rakyat, bukan pertarungan permanen soal kekuasaan.
"Jadi singkatnya, ide mempermanenkan koalisi di DPR secara konseptual tidak sejalan dengan sistem presidensial dan secara praktis tidak efektif karena hanya cocok di pemerintahan parlementer. Pasti bubar seperti 2004 dan 2009," kata Eva.
Seperti diketahui enam partai yang memiliki kursi di DPR, kemarin, deklarasi koalisi permanen di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka adalah Partai Gerindra, PPP, PAN, PKS, Golkar, dan Demokrat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Rocky Gerung: Program Makan Bergizi Gratis Berubah Jadi Racun karena Korupsi
-
Keputusan 731/2025 Dibatalkan, PKB: KPU Over Klasifikasi Dokumen Capres
-
Bantah Makam Arya Daru Diacak-acak Orang Tak Dikenal, Polisi: Itu Amblas Faktor Alam!
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Terungkap! Ini Rincian 'Tarif Sunat' Dana Hibah yang Bikin Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi Kaya
-
Demi Buktikan Bukan Pembunuhan, Polisi akan 'Buka-bukaan' 20 CCTV ke Keluarga Arya Daru
-
'Mari Bergandeng Tangan': Disahkan Negara, Mardiono Serukan 'Gencatan Senjata' di PPP
-
Fakta Mengejutkan 'Bjorka KW': Bukan Ahli IT dan Tak Lulus SMK, Belajar Retas Otodidak dari Medsos
-
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, DPR Sebut Konstruksi Bangunan Tak Ideal
-
Viral di MRT, Lansia 73 Tahun Ini Ditangkap dan Punya 23 Kasus Kriminal