Suara.com - Ketua KPUD Dogiyai, Papua, Didimus Dogomo mengungkapkan dugaan intervensi dan keterlibatan Bupati Dogiyai, Thomas Tigi, sesaat sebelum rekapitulasi suara Pilpres 2014 dilakukan.
"Kalau (suara) dikasih ke Prabowo ada uang, kalau tidak dikasih ke Prabowo tidak ada uang," ungkap Didimus dalam kesaksiannya pada sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (13/8/2014).
Hakim Konstitusi Anwar Usman pun mempertanyakan uang yang dimaksud.
"Kami tidak tahu. Tapi pada saat itu, seorang sekretaris KPU tidak bisa menyelesaikan dana operasional dengan pengangkutan logistik," jawab Didimus
Anwar menegaskan sekali lagi, darimana asal uang ini.
"Dana hibah yang mereka tuntutkan, karena dana APBN tidak ada," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Didimus menceritakan peristiwa yang terjadi kala itu. Pada Tanggal 17 Juli, saat rekapitulasi kabupaten dilakukan, sempat terjadi kericuhan di Dogiyai.
Awalnya, Penyelenggara Pemilu Distrik (PPD) enggan melanjutkan proses rekapitulasi ini karena keterbatasan dana.
Didimus kemudian meminta supaya Bupati Dogiyai hadir untuk mensosialisasikan minimnya dana tersebut.
Namun, saat sosialisasi ini, Bupati Dogiyai malah menyatakan hal tersebut, yang mengatakan proses bisa dilanjutkan bila suara yang dihitung adalah untuk Prabowo-Hatta.
Warga yang hadir dalam proses rekapitulasi ini pun tidak terima dan kericuhan pun terjadi dengan membawa hasil penghitungan ke luar tempat rekapitulasi, yang disebut Didimus merupakan aula milik pemerintah.
Kericuhan ini pun tak bisa diselesaikannya. Akhirnya Didimus pergi keluar untuk menenangkan diri.
"Setelah itu saya sendiri duduk santai. Seorang Gembala jam 3 tepat itu berteriak lihat saya. (Maksud saya) Pendeta. Pendeta itu berteriak, Ketua KPU terbaik sedang merenung. Apapun kita tidak utamakan uang. Bawa rekap, dia berteriak depan aula dan semua rakyat kembali memberikan (rekap dan menlanjutkan rekap)," kata Didimus.
Pernyataan Didimus ini sekaligus membantah pernyataan Koordinator saksi pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dari Kabupaten Dogiyai, Papua, Elvincent Dokomo bahwa bupati daerah tersebut diusir. Pernyataannya itu dipaparkannya pada sidang di MK kemarin, Selasa 12 Agustus.
Bupati meninggalkan tempat lantaran masyarakat marah, karena bupati tersebut memberikan pernyataan yang mengarahkan ke pasangan tertentu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Sebut Produksi Jagung Melesat, Titiek Soeharto Ungkap Andil Polri soal Swasembada Pangan
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen