Suara.com - Pengamat Pendidikan dari Universitas Tanjungpura Pontianak DR Aswandi menyatakan banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh anak, karena anak-anak Indonesia saat ini terancam mengalami krisis identitas.
"Anak-anak yang mengalami krisis identitas, seperti anak itu mudah sekali goyang dan mudah diajak untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan di luar kemampuan lazimnya anak tersebut," kata Aswandi di Pontianak, Kamis (21/8/2014).
Ia menjelaskan tindakan anak-anak yang sudah di luar batas, karena dampak dari krisis identitas, hal itu sudah dilakukan penelitian di negara-negara eropa, seperti di Inggris.
"Krisis anak, seperti apa yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari tidak lazimnya apa yang dilakukan anak seusianya, mendengar lagu-lagu orang dewasa, bukan lagu anak-anak yang lebih banyak mendidik," ungkapnya.
Saat ini, anak-anak sudah diperlakukan seperti orang dewasa, tetapi fisiknya saja yang kecil.
"Seharusnya memperlakukan anak, layaknya seorang anak, mulai apa yang ditontonnya di televisi memang acara khusus anak, lagu yang didengar juga untuk anak, bukan malah sebaliknya," kata Aswandi.
Dalam kesempatan itu, Pengamat Pendidikan Untan Pontianak juga mengkritik acara televisi yang memperlombakan anak-anak, tetapi lagunya malah lagu orang dewasa, sehingga acara tersebut tidak mendidik anak-anak.
"Sehingga perlu dipikirkan secara serius oleh semua pihak, agar generasi Indonesia masa mendatang jangan sampai mengalami krisis identitas," ujarnya.
Aswandi juga mengajak pemilik media agar menyampaikan informasi tentang kebenaran yang diperlukan oleh masyarakat, untuk kebaikan, dan harus bertanggung jawab.
"Jangan sekali-kali media malah menyampaikan sebaliknya, karena dampaknya cukup besar sekali. Karena masyarakat cenderungnya meniru apa yang disampaikan oleh produk jurnalistik, termasuk apa yang mereka tonton di televisi," ujarnya.
Menurut dia, saat ini banyak sekali acara-acara sinetron yang ditayangkan televisi swasta yang tidak mendidik sehingga tidak layak untuk ditonton masyarakat.
"Saya mengajak masyarakat agar lebih cerdas dalam memilih acara televisi, terutama bagi anak-anak sehingga tidak berdampak bagi tumbuh dan kembang anak ke depannya," kata Aswandi. (Antara)
Berita Terkait
-
Ulasan Buku Be Free Be True Be You, Kiat Mengatasi Krisis Identitas
-
Anak Artis Pun Bisa Krisis Identitas? Ini Tanda-tanda yang Perlu Diwaspadai Orang Tua Seperti Sarwendah
-
5 Tanda Remaja Alami Krisis Identitas, Yuk Segera Sadari!
-
Fenomena Citayam Fashion Week, Sosiolog Rakhmat Hidayat: Mencairkan Batas Sosial, Perlu Disalurkan ke Ruang Produktif
-
4 Tips untuk Kamu yang Ingin Mengatasi Krisis Identitas
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Pramono Anung Umumkan UMP Jakarta Besok: Mudah-Mudahan Nggak Ada yang Mogok Kerja!
-
Empat Pekan Pascabencana Sumatra, Apa Saja yang Sudah Pemerintah Lakukan?
-
PKB soal Bencana Sumatra: Saling Tuding Cuma Bikin Lemah, Kita Kembali ke Khitah Gotong Royong
-
18 Ucapan Selamat Natal 2025 Paling Berkesan: Cocok Dikirim ke Atasan, Sahabat, hingga Si Dia!
-
Gereja Katedral Jakarta Gelar Misa Natal 24-25 Desember, Ini Jadwalnya
-
Diduga Peliharaan Lepas, Damkar Bekasi Evakuasi Buaya Raksasa di Sawah Bantargebang Selama Dua Jam
-
Bambang Tri Siap Jadi Saksi Sidang Ijazah Jokowi, Klaim Punya Bukti Baru dari Buku Sri Adiningsih
-
Wamenkum: Penyadapan Belum Bisa Dilakukan Meski Diatur dalam KUHAP Nasional
-
Hindari Overkapasitas Lapas, KUHP Nasional Tak Lagi Berorientasi pada Pidana Penjara
-
Kayu Hanyutan Banjir Disulap Jadi Rumah, UGM Tawarkan Huntara yang Lebih Manusiawi