Suara.com - Sudah 11 hari kasus penangkapan dua anggota Polri di Malaysia bergulir, tapi belum juga ada tindakan nyata Mabes Polri terhadap internal kepolisian. Padahal, kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, terjadinya kasus penangkapan yang memalukan Bangsa Indonesia itu tidak terlepas dari kecerobohan Polri, khususnya Polda Kalbar.
"Kami mencatat setidaknya ada tiga kecerobohan Polri dalam kasus tertangkapnya dua anggota Polda Kalbar, AKBP Idha Endri Prastiono dan Bripka MH Harahap, oleh Kepolisian Malaysia," kata Neta dalam pernyataan pers yang diterima suara.com, Senin (8/9/2014).
Pertama, kata Neta, kenapa kedua polisi itu bisa lolos pergi keluar negeri tanpa ijin atasan. Padahal, pada 12 April 2010, saat Komjen Susno Duaji hendak pergi berobat ke Singapura berhasil ditangkap Propam Polri di Bandara Soekarno-Hatta dengan alasan tidak ada izin atasan.
"Lolosnya kedua polisi itu ke Malaysia membuktikan intelijen Polri, khususnya intelijen Polda Kalbar tidak bekerja. Padahal, biasanya di setiap bandara ada intel kepolisian yang mendeteksi semua kegiatan di bandara," kata Neta.
Kedua, kasus AKBP Idha membuktikan buruknya sistem mutasi Polri dan cerobohnya Deputi SDM Polri.
"Bagaimana tidak, AKBP Idha yang sudah bermasalah di Polda Sumut bukannya dipecat atau ditindak, malah dimutasi ke Polda Kalbar dan mendapat jabatan strategis, yakni sebagai Kasubdit III di Dirnarkoba," kata Neta.
Selain itu, kata Neta, AKBP Idha kembali membuat masalah. Ia dituduh menggelapkan barang bukti narkoba dan istrinya disebut-sebut kehilangan perhiasan senilai Rp19 miliar di pesawat. Ironisnya, tambah Neta, tidak ada penyidikan serius dari Polri mengenai asal usul perhiasan itu hingga akhirnya AKBP Idha ditangkap polisi Malaysia.
Ketiga, menurut Neta, kasus penangkapan dua polisi itu membuktikan betapa lemahnya pengawasan internal kepolisian dan atasan tidak peduli dengan tingkah laku bawahan. Akibatnya, jaringan narkoba internasional dengan mudah memperalat dan menjadikan anggota Polri sebagai budaknya.
Dengan adanya kasus ini, Neta mendesak Polri segera mengevaluasi kinerja intelijen dan Deputi SDM. Intelijen harus bisa memantau dan mendeteksi tingkah laku aparat Polri yang bermasalah. Sementara Deputi SDM tidak lagi ceroboh memberi jabatan pada polisi-polisi bermasalah, kata Neta.
"Tak kalah penting, sudah saatnya Polri menelusuri, sejauh mana jajarannya diperalat dan diperbudak bandar narkoba, khususnya jaringan internasional. Sebab kasus dua polisi itu hanyalah puncak gunung es yang bukan mustahil di bawahnya, yang tidak terungkap cukup banyak polisi yang diduga terlibat," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
Terkini
-
Ritel Besar vs Warung Kecil: Kemenko PM Siapkan Aturan Main Baru Biar UMKM Nggak Tumbang!
-
Air Mati Akhir Pekan: Ini Daftar Wilayah Jakarta yang Akan Terdampak Gangguan Suplai PAM Jaya!
-
Melejit di Puncak Survei Cawapres, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tertarik Politik
-
Korupsi CPO: Pengacara 3 Raksasa Sawit Minta Dibebaskan, Gugat Dakwaan Jaksa
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru
-
Hujan Deras Bikin Jakarta Macet Parah, Dirlantas Polda Metro Turun Langsung ke Pancoran
-
Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar, Menteri P2MI: Jangan Tergiur Tawaran Kerja Ilegal
-
OC Kaligis Sebut Sidang Sengketa PT WKM dan PT Position Penuh Rekayasa, Ini Alasannya
-
Jerat Utang Whoosh: DPD Peringatkan PT KAI di Ambang Krisis, Kualitas Layanan Terancam Anjlok
-
Biaya Haji Tahun 2026 Ditetapkan Rp87 Juta, Wamenhaj: Harusnya Naik Rp2,7 Juta