Suara.com - Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi disesalkan Komisi VI DPR RI. Ada lima alasan mereka menolak kebijakan tersebut.
Pertama, menaikkan harga minyak di saat turunnya harga minyak dunia dinilai tidak tepat. Kedua, saat ini kondisi pertumbuhan ekonomi juga sedang mengalami perlambatan, demikian dikatakan Ketua Komisi VI Achmad Hafisz Tohir dalam konferensi pers di DPR, Jumat (21/11/2014),
Ketiga, kebijakan tersebut dianggap dapat meningkatkan inflasi tajam sehingga akan mengoreksi angka pertumbuhan ekonomi karena biaya produksi akan ikut naik.
Keempat, kebijakan itu dinilai akan menambah tinggi angka kemiskinan dan berpotensi menambah rakyat yang rentan miskin.
Kelima, kenaikan harga BBM dinilai akan berdampak pada menurunkan daya beli masyarakat karena akan menaikkan biaya transportasi dan berimbas kenaikan harga-harga lainnya.
"Dampak kenaikan itu akan berdampak pada sektor perindustrian, perdagangan, dan UKM," ujarnya.
Menyikapi kenaikan harga BBM, Komisi VI akan meminta pemerintah untuk menjelaskan secara rinci alasan memutuskan kenaikan.
"Asumsi makro yang mendasari keputusan pemerintah dalam menetapkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Langkah apa saja yang disiapkan pemerintah untuk tingginya inflasi, dan merumuskan alternatif sesuai dengan pasal 20A UU nomor 12/2014 tentang APBN Perubahan 2014 dengan tidak memindahkan beban fiskal pemerintah menjadi beban rakyat," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Negosiasi Panas Krisis Iklim Kandas Gegara Kebakaran di Dapur COP30, Apa Penyebabnya?
-
KPK Tancap Gas Sidik Korupsi Bansos, Meski Rudi Tanoe Terus Ajukan Praperadilan
-
Malam Penganugerahan Pegadaian Media Awards 2025 Sukses Digelar, Ini Daftar Para Jawaranya
-
Sekjen PBNU Minta Pengurus Tenang di Tengah Isu Pelengseran Gus Yahya dari Kursi Ketua Umum
-
Kader Muda PDIP Ditantang Teladani Pahlawan: Berjuang Tanpa Tanya Jabatan
-
Kementerian PU Tingkatkan Kapasitas Petugas Pelayanan Publik
-
Bukan Cuma Guru Ngaji, Ketua Kelompok Pengajian di Jember Kini Dapat Uang Insentif
-
Siswa Mengadu soal Perundungan di Sekolah, Wagub Rano Karno Janji Usut Tuntas
-
Mendagri Harap Karang Taruna Jadi Motor Penggerak Perubahan Desa
-
Tak Terima Jadi Tersangka, Kakak Hary Tanoe Kembali Ajukan Praperadilan Lawan KPK